Rabu, 25 November 2009

Don’t Be Jakarta Centris

Kebanyakan orang Indonesia…mimpi pengen ke Ibukota Jakarta…
Banyak yang berharap bisa menuai sukses di kota metropolitan ini.
Hmmm..

Kebanyakan orang ingin bekerja ‘di balik meja ‘ di gedung bertingkat, dengan brand perusahaan ternama…
Buat Apa…??!!
Berangkat bekerja ke kantor pagi-pagi buta…Bermacet-macet ria..
Pulang pun gak melihat matahari…Rutinitas yang membosankan..belum lagi di omelin boss…
Upah?!... yaa gak seberapa toh..

Jakarta sudah penuh orang…
Diundang gak diundang terus pada mendatang…
Para sarjana…berlomba berkarir di tanah betawi ini...masyarakat desa berbondong2 datang merantau.
Huuhh…Jakarta sudah padet, penduduk makin rapet…sampe berjubel-jubel.

Jakarta Sudah Jenuh...
Pagi-Petang ketemu macet..
Disana orang…disini orang
Disana Gedung..disini Gedung
Berita Kriminal...sudah biasa
Alam Jakarta juga sudah gak memungkinkan…Banjir, Rob, Polusi, Sampah menggunung De.El.El
Dan banyak lagi problematika..yang udah ga bisa diitung lagi pake matematika..haaah!!

Negri kita Indonesia ini Luas Coy…
Dari Sabang sampai Merauke…
Masi banyak ‘Peluang Emas’ di daerah-daerah…
Kenapa gak coba kembangkan potensi daerah2...
Hmm..bukan gak mungkin kita merintis karir dikota lain, di desa2, atau dipedalaman sekalipun (tapi jangan jadi pemburu..)

Liat deh Trans Corp…Punya Studio Segede Gaban di Makassar..
Liat FreePort…Perusahaan Asing yang Ubek2 kekayaan Alam Papua..
Liat BSD..yang dulunya Rawa dan tanah tandus..Disulap jadi Kota Mandiri yang Keren, di Tangerang
LIat kita bikin Stadion Berkelas Internasional di Kota Palembang…sama Bandung…

Mereka melihat ‘Peluang’…bahkan membuat ‘peluang’ itu…
Gak melulu ‘Jakarta Oriented’…

Aku Pengen BGT Ke Papua…
Alamnya Indah banget...
Ga ada salahnya juga berkarir…dan usaha di bumi Cendrawasih sana…
Bikin pabrik Koteka… pasti laku keras…
Atau…coba kembangin Usaha AC di sana..Kan rumah2 Honai di sana belum ada yang pake AC
Atau…bikin warung “Pecel Babi” di papua..abis mereka kan kalo masak babi, Cuma di panggang...
:)

Know your Self Guys…

Usia Remaja adalah masa peralihan, dari masa anak-anak menuju Dewasa. Masa dimana individu mencari identitas dirinya yang sebenarnya. Masa yang penting dan cukup menantang tentunya. Belum lagi beres dengan masalah penerimaan akan perubahan fisiknya, tak jarang seorang remaja harus menghadapi lingkungan yang membuat mereka tertekan. Banyak hal baru yang mereka temukan, dan beban tanggung jawab pun jelas bertambah.

Pada usia pubertas ini, pemikiran mereka juga berubah. Seiring berkembangnya logika dan pemikiran kritisnya ini, para remaja akan dihadapkan pada banyak pilihan dalam hidupnya. ’Menentukan pilihan’; tak jarang ini bisa menjadi dilemma tersendiri bagi para remaja. Memilih teman bergaul, memilih kebiasaan yang baik atau buruk, termasuk juga memilih dan menentukan jenjang pendidikan apa yang akan ditempuh olehnya. “Masuk ke SMA mana? Setelah lulus, Saya pilih Kerja atau kuliah? Kalau Kuliah Jurusan apa?” itulah pertanyaan yang sering terlontar dari para remaja. Dan itu harus mereka jawab dan tentukan pilihan sesuai dengan cita-cita dan tujuan hidup masing-masing. Ingin menjadi apa mereka esok, harus dipersiapkan sejak sekarang.

Ironisnya banyak remaja yang masih belum bisa menentukan “Mau jadi apa saya?!”. Jika ditanya cita-cita mereka, anak-anak usia SMA terkadang masih menjawab seperti anak balita. Seorang remaja kelas 1 SMA (16 tahun) menjawab ringan dengan aksen anak muda; “Mau jadi dokter dong!”. Remaja seumuran yang lain menjawab; “Jadi pelaut aja deh, gajinya gede”. Seorang remaja pria lain yang sedang bermain basket menjawab, “nanti saya pengen jadi pemain NBA”. Ada lagi yang lebih unik; “saya ambil kuliah jurusan psikologi aja, gak ada pelajaran matematikanya”. Dari pernyataan-pernyataan tersebut dapat disimpulkan: ternyata wawasan dan orientasi mereka masih sempit mengenai profesi-profesi, dan yang terpenting ternyata remaja-remaja ini belum ‘menemukan dirinya’ yang sebenarnya.

Berkaca dari pengalaman pribadi saya. Saat kelas 3 SMA saya masih bingung “Mau kemana…dan jadi apa saya”. Saat itu usia saya menginjak 17 tahun, dan masih minim wawasan dan belum tahu “pribadi saya ini seperti apa”. Acap kali saya ‘latah’ atau ikut-ikutan. Ketika Banyak teman-teman mendaftar di STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara), saya ikut. Teman yang lain berbondong-bondong tes masuk UI (Univeristas Indonesia), saya pun tak mau ketinggalan. Toh akhirnya saya hanya menjadi ‘penggembira’ saja. Setelah lulus, Saya dianjurkan orang tua untuk masuk STIP(Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran) untuk menjadi pelaut. Lalu mencoba juga menjadi Polisi. Dan alhasil keduanya gagal.

Saya percaya ‘kebingungan’ yang saya alami ini terjadi juga pada remaja-remaja lain. Para remaja kadang memilih profesi atau jurusan karena motivasi yang kurang bisa dipertanggung jawabkan. Memilih jurusan atau profesi demi mendapat gajih besar nantinya, mungkin karena profesi atau jurusan tersebut sesuai hobi yang sesaat saja, atau karena ikut-ikutan teman, atau karena mereka menghindari pelajaran tertentu. Tidak ada yang salah dengan motivasi-motivasi seperti itu. Sebenarnya dalam tiap individu ada suatu ‘panggilan’ profesi, suatu passion atau hasrat berkarya dalam bidang tertentu. Dan tiap individu tinggal menemukan dan mengembangkannya. Maka ketika kita akan menentukan suatu karier atau cita-cita atau jurusan, kita hendaknya menyadari 2 hal:

1. Memahami tentang diri sendiri

2. Hendaknya kita mengetahui apa yang ditawarkan dan dibutuhkan oleh lingkungan.

Pada poin pertama; memahami tentang diri sendiri. Itulah yang menjadi persoalan para remaja, yang notabene memang sedang dalam proses mencari identitas diri mereka.

Tiap-tiap pribadi adalah unik; berbeda satu dengan yang lain, sesuai dengan prinsip ‘individual differences’. Untuk memahami diri, dapat ditinjau dari 2 aspek:

Ø Fisik

Ciri-ciri fisik sangat mudah untuk dilihat dan dikenali. Ciri fisik antara lain: bentuk badan, tinggi badan, berat badan, warna kulit, warna rambut, bentuk wajah dan lain-lain. Keadaan fisik sangat menentukan tingkat kemampuan fisik seseorang. Kemampuan fisik antara lain:

· Kemampuan sensorik atau ketajaman pengindraan

· Kemampuan olah vocal

· Kemampuan motorik/kontrol gerak tubuh (olah raga)

Penting sekali untuk mengenali ciri-ciri fisik serta kemampuan fisik yang dimiliki. Karena beberapa bidang karier menuntut perdyaratan fisik secara khusus, seperti dalam hal tinggi badan, berat badan, kesehatan mata, keekaan pendengaran dan lain-lain. Misalnya untuk menjadi TNI atau pilot dituntut memiliki kesehatan fisik prima, kepekaan pendengaran, ketajaman penglihatan serta bebas buta warna.

Memelihara dan memperhatikan kondisi fisik sangat penting. Disamping untuk persiapan karir pada masa yang akan datang, hal ini juga diperlukan dalam pergaulan sehari-hari. Tidak dapat dipungkiri, kesan pertama setiap orang dilihat dari penampilannya. Lebih jah lagi memelihara kesehatan fisik merupakan manifestasi dari rasa syukur terhadap anugrah Sang Pencipta yang tak ternilai harganya.

Ø Non Fisik

Disamping kemampuan fisik, hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam memilih jurusan studi atau cita-cita atau karier adalah kemampuan non fisik, yang meliputi:

· Faktor Keturunan

‘Buah jatuh tak akan jauh dari pohonnya’, pepatah itu nampaknya sangat sesuai dengan teori Nativisme (Schopenhouer). Teori ini berpendapat bahwa individu membawa faktor-faktor keturunan dari orang tua. Tak jarang hal ini terbukti; ayah yang seorang musisi, anaknya biasanya tak jauh-jauh bergelut juga dalam dunia seni.

Analisis menggunakan genogram (grafik generasi yang menggambarkan sislsilah) dianggap sebagai suatu metode yang baik untuk menganalisa pengaruh orang tua dan anggota keluarga dalam pengembangan karier individu.

· Analisis Psikis

Secara garis besar kemampuan psikis meliputi:

a. Kemampuan akademik

Kemampuan akademik merupakan sebagian dari kemampuan intelektual. Kemampuan ini tercermin dalam nilai-nilai hasil belajar selama ini, dari SD sampai saat ini. Kita bisa mencermati nilai-nilai di Lembar Evaluasi Hasil Belajar masing-masing. Di bidang studi mana kita dinilai unggul.

b. Kemampuan Umum (IQ)

Kemampuan umum diartikan sebagai kemampuan dasar yang dibutuhkan oleh individu dalam beradaptasi, mengubah dan memilih lingkungan. Kecerdasan ini dapat diukur melalui tes psikologi. Hasil tes kecerdasan biasa dinyatakan dalam koefisien kecerdasan Intelligence Quotient. Kemampuan dasar ini akan digunakan dalam pemecahan masalah dan kemampuan merencakan masa depan dengan menggunakan logikanya.

Definisi IQ menyangkut 2 hal:

- Kemampuan tingkat tinggi: penalaran abstrak, representative mental, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

- Kemampuan belajar untuk memenuhi tuntutan lingkungan.

c. Kemampuan Khusus (Bakat)

Bakat adalah suatu kemampuan khusus yang dimiliki oleh individu. Bakat dapat berkembang dan menonjol bila dilatih terus menerus. Bakat yang berkembang bisa menjadikan profesi bagi pemiliknya.

Different Aptitude Test (DAT) merupakan tes bakat yang dirancang dan dipergunakan konseling bagi siswa usia SMP dan SMA. Tes tersebut membagi bakat dalam 9 bidang:

-

- Mekanik

- Kecepatan dan Ketelitian Klerikal

- Kemampuan Bahasa Indonesia

- Kemampuan Bahasa Asing

Verbal

- Numerik

- Skolastik

- Abstrak

- Relasi Ruang

d. Kepribadian

Kepribadian yaitu organisasi yang dinamis dalam individu, terdiri dari sistem-sistem psiko-fisis yang menentukan cara penyesuaian diri yang unik dari individu tersebut terhadap lingkungannya. Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda, dipengaruhi faktor genetis dan faktor pengalaman. Faktor kepribadian ini memiliki peranan yang berpengaruh bagi seseorang, antara lain menentukan arah pilihan jurusan studi atau karir.

e. Minat

Minat sangat erat sekali hubungannya dengan perasaan suka atau tidak suka, tertarik atau tidak, senang atau tidak senang. Minat dapat merupakan dorongan yang kuat dalam belajar, mengerjakan sesuatu pekerjaan atau melaksanakan tugas yang dibebankan kepada seseorang. Minat dapat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan seseorang dalam merencanakan masa depan. Minat dapat diukur menggunakan tes atau non tes.

f. Kecerdasan

Di dunia ini tidak ada orang yang bodoh. Seperti Teori Multiple Intelligence dari Howard Gardner. Howard menemukan 7 kecerdasan, tetapi dapa perkembangannya berhasil ditemukan 1 kecerdasan lagi (7+1 kecerdasan manusia). Setiap manusia memiliki semua kecerdasan itu, tetapi hanya ada beberapa yang dominan dan menonjol dalam diri seseorang.

“Kenali dirimu sendiri!”

(Socrates)

Selasa, 17 November 2009

Mensana En Corporesano

Corporesano en Mensana

Kita udah sering dengar istilah “Mensana en Corporesano”. Dalam dunia kesehatan & olah raga khususnya, kalimat ini udah gak asing di telinga. Kalimat yang berasal dari bahasa spanyol ini mempunyai arti “Saya anak Pak Harsono” Hee..tentu saja bukan sodara-sodara. Arti sebenarnya dari Si Mensana Corporation ini adalah “Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat”.

Buat saya pribadi, kalimat yang udah jadi ikon dan moto kebanyakan orang ini, gak sepenuhnya benar. Wah ini bakal jadi pembahasan panjang dan menarik. Sekedar info, salah satu hal yang mendorong saya sampai akhirnya saya memutuskan untuk ambil studi Psikologi, yaa tak lain dan tak bukan karena pembahasan mendalam mengenai “Mensana en Corporesano” ini.

Menurut saya, prinsip “Mensana en Corporesano” itu terbalik. Seharusnya “corporesano en Mensana” yang artinya: “Dalam jiwa yang kuat terdapat tubuh yang sehat”. Sebenarnya gak terbalik juga sih, lebih tepatnya ber-sinergi. Tapi kalau dilihat dan dibahas mendalam dari faktanya, “kejiwaan” lebih punya “peranan” dalam seluruh aspek kehidupan manusia termasuk kesehatan tubuh itu sendiri.

Dalam kamus Bahasa Indonesia, arti kata “Jiwa” itu sendiri mempunyai arti:

- Ruh/roh dalam tubuh manusia

- Kehidupan batin manusia

- Keseutuhan yang terjadi dari perasaan batin, pikiran, angan, dsb.

- Sesuatu yang terutama dan jadi sumber tenaga dan kehidupan


Saya ambil pengertian yang terakhir, bahwa jiwa adalah sesuatu yang terutama dan jadi sumber tenaga dan kehidupan. Sebenarnya dari pengertian ini sudah cukup bisa menjelaskan, betapa kejiwaan seseorang adalah No.1 buat kehidupan kita manusia. Tapi memang hal ini perlu dijelaskan.

Memang kita sebagai manusia, yang adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena kita “diciptakan segambar dan serupa dengan-Nya” (Kej 1:27). Jadi gak mengherankan, kalau manusia itu begitu “kompleks” dan boleh dibilang supranatural (sulit dimengerti nalar).


MANUSIA = FISIK + PSIKIS


3 kata ini benar-benar sesuatu yang luar biasa. 3 hal ini melintasi berbagai kajian ilmu pengetahuan, kalau ada orang yang mau membahasnya secara detail dan menuliskannya dalam buku, mungkin 1 perpustakaan gak cukup manampung buku-buku tersebut.

Saya pun pernah berpikir “Mengapa jiwa bisa jadi yang utama dan jadi sumber kehidupan manusia ?”. Kemudian saya mencoba menjawab pertanyaan ini, dengan mengambil dari beberapa sumber.

Jiwa manusia adalah yang utama dan sumber kehidupan, karena jiwa kita ini berkaitan dengan dunia spiritual. Dalam pengertian “Jiwa” yang telah dibahas sebelumnya, disebutkan bahwa Jiwa adalah Roh dalam tubuh manusia. Artinya jiwa manusia berkaitan dengan Sang Khalik, koneksi kita dengan Sang Pencipta yang adalah sumber kehidupan. Disadari atau tidak hal itu terjadi. Tapi ada juga “manusia-manusia” yang meng-kontaminasi-kan dunia spiritualnya dengan roh-roh lain. Hal ini berkaitan erat dengan dunia metafisik.

Kembali ke pembahasan kita mengenai “Corporesano en Mensana”. Agar lebih mudah di pahami, saya buat dengan ilustrasi berikut.

Oval: SOULOval: MIND

Oval: BODY

Ketiga istilah ini tentunya sudah umum. Ketiganya bersinergi(saling mendukung/bekerjasama), maka saya beri tanda panah yang berarti siklus yang tak terputus. MIND(Pikiran) dan SOUL(Jiwa) memang erat kaitannya, karena 2 hal ini sama-sama bersifat abstrak dan merupakan substansi(isi) dari BODY(Tubuh). Tubuh manusia sendiri hanya berupa tempat dari jiwa(roh) dan pikiran manusia.

Tapi dari manakah 3 hal ini mengawali siklusnya?

Kembali lagi ke pembahasan sebelumnya, bahwa jiwa adalah yang terutama dan sumber, So, awal dari siklus yang kompleks ini tentu saja adalah Soul atau Jiwa.

Sekarang kita coba buat dalam cerita:

Seseorang yang sadar bahwa dia harus hidup sehat, lalu dia mindset dalam pikirannya. Otomatis dia akan berusaha hidup sehat, seperti mendisiplinkan diri dengan pola makan, olah raga dan lain-lain. Akhirnya tubuh akan menerima dampak sehat itu. Dan gak berhenti sampai disitu, ketika tubuh sehat pastinya pikiran pun akan jernih. Secara psikologis, kita pun akan lebih PD (karena bentuk tubuh yang ideal,indah,atletis).

Kira-kira seperti itulah siklus ini bekerja.

Untuk penyembuhan sebenarnya metode ini sangat efektif.

Ams 17:22 “Hati yang gembira adalah obat”

Obat dapat kita ciptakan dalam diri kita sendiri, secara spiritual dengan kuasa Tuhan dan dengan sugesti positif dalam pikiran anda. Ditinjau secara kedokteran hal ini terbukti. Percaya atau tidak, pikiran anda membantu mempercepat pembelahan sel-sel tubuh yang baru.

Saya jadi teringat dengan Kakek dan Ayah saya. Ketika Beliau (ayah atau kakek saya) sedang sakit atau kurang enak badan, mereka jarang banget mau pergi berobat ke dokter, klinik apalagi rumah sakit. Beliau lebih memilih untuk pergi makan. makanan apa yang sedang di-idamkan saat itu, itulah yang beliau nikmati. Ketika sudah terlaksana dan terpuaskan, memang penyakitnya gak tiba-tiba lenyap. Tapi beliau “tidak merasakan” sakit itu, dia sudah men-sugesti-kan hal tersebut. Kepuasan hati beliau yang “mengecilkan” si sakit.

Sama halnya dengan kuasa Tuhan. Dengan Doa yang penuh keyakinan/iman, bahwa Tuhan akan menyembuhkan saya!. Tuhan Yesus berkata: “…imanmu telah menyelamatkan engkau…sembuhlah dari penyakitmu!" (Mrk 5:34). Jika anda melakukannya, hal itu sudah mempunyai energi luar biasa.

Begitulah kira-kira pembahasan mengenai Corpoesano en mensana: “dalam jiwa yang kuat terdapat tubuh yang sehat”. Jadi, keadaan jiwa kitalah yang sangat berpengaruh dengan kesehatan tubuh kita, bahkan semua aspek kehidupan manusia.

Semoga penjelasan ini boleh membuka pikiran kita sekalian dan kita makin mengerti, betapa luar biasanya kita sebagai manusia yang adalah perbuatan tangan-Nya.

Haryo Purnomo 2108’08