Pria, wanita; laki-laki, perempuan; cowok, cewek. Sebuah perbedaan yang kodrati dari Sang Pencipta. Tak hanya terdapat didalam kita sebagai manusia, makhluk hidup lain pun terdiri dari dua kutub ini; jantan dan betina. Topik mengenai gender dan seks memang cukup rumit tetapi sangat menarik untuk dibahas.
Antara laki-laki dan perempuan, sering kali diberlakukan dikotomi frontal. Ibarat toilet umum dengan simbol khas dipintu masuknya, yang seolah mengisyaratkan “inilah laki-laki dan itulah perempuan!”. Jadi laki-laki dan perempuan itu adalah dua ruang yang terpisah dan sangat berbeda satu dengan yang lain.
Agaknya pendapat mengenai “laki-laki adalah laki-laki dan perempuan adalah permpuan” ini cukup beralasan, mengingat antara sosok pria dan sosok wanita memang sangat berbeda. Secara genetik, bentuk fisik, sifat psikologis, sistem hormonal, bahkan kognitif antara pria dan wanita, sedikit banyak memang berbeda.
Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa antara laki-laki dan perempuan itu seperti sebuah garis linier dengan angka-angka diantaranya, garis ini mengarah ke dua kutub; kutub negative kearah kiri dan kutub positif kearah kanan, sedangkan tepat ditengahnya adalah titik “0” atau netral. Jadi untuk menentukan status seseorang manusia apakah dia pria ataukah wanita, yaitu dengan cara ‘dikadarkan’. Ciri-ciri seksual seseorang tersebut lebih banyak kearah mana? Apakah kadar ke-laki-lakian-nya lebih tinggi atau sebaliknya.
Dalam pemikiran pertama dikemukakan bahwa “laki-laki adalah laki-laki dan perempuan adalah perempuan”, atau dalam bahasa matematis: ‘Anda 100% laki-laki atau 100% perempuan’ hanya ada dua kemungkinan mutlak itu saja. Sedangkan pada teori garis linier, laki-laki belum tentu 100% memiliki ‘sifat khas ‘kelaki-lakian. Begitupun pada perempuan, sangat mungkin memiliki ‘sifat khas’ lawan jenisnya juga. Terbukti, Ada banyak kasus terjadi; wanita memiliki sifat maskulinitas, dan pria pun banyak yang bersifat sedikit sifat feminim.
Hormon Seks Membuktikan
Sistem hormone seksual antara laki-laki dan perempuan memang berbeda. Perempuan dengan ovariumnya mempunyai hormon utama yaitu hormon estrogen, dan laki-laki dengan testisnya yang menghasilkan hormon utama yaitu hormone progesterone dan testosteronnya. Tapi tahukah anda, bahwa baik laki-laki atau perempuan sama-sama memiliki hormon esterogen dan juga progesteron, tetapi dalam jumlah yang berbeda jauh. Kebanyakan pria memproduksi 6-8 mg testosteron hormon pria (androgen sebuah) per hari, dibandingkan dengan kebanyakan wanita yang memproduksi 0,5 mg setiap hari. Hormon Wanita, estrogen, juga hadir di kedua jenis kelamin, tetapi dalam jumlah yang lebih besar bagi perempuan (Healt Discovery: 2009).
Bahkan sejak masa konsepsi (janin), awalnya sistem reproduksi dasar embrio tidak berbeda antara pria dan wanita. Sekitar 6-8 minggu setelah pembuahan, embrio pria biasa akan mulai memproduksi hormon testosteron. Dalam level yang tinggi testosteron akan menghasilkan perkembangan tubuh pria dengan organ seksual pria. Sampai sekarang ‘kewanitaan’ adalah default setting genetic, yang akan beroperasi kecuali gen kelaki-lakian dan hasil penerimaan terhadap hormone pria membatalkannya (Papalia: 2008).
Fakta bahwa ovarium wanita dewasa cenderung melepaskan lebih banyak esterogen dibanding androgen, dan bahwa testis orang dewasa melepaskan lebih banyak androgen dari pada estrogen telah menyebabkan praktek penyebutan yang lazim tetapi menyesatkan, yaitu androgen sebagai “hormone seks laki-laki” dan esterogen sebagai “hormone seks perempuan”. Hal ini seharusnya dihindari karena implikasi ‘laki-laki adalah laki-laki dan perempuan adalah perempuan’ dan bahwa androgen menghasilkan kelaki-lakian dan esterogen menghasilkan keperempuanan. Padahal tidak. (Pinel: 2009).
Hormon pria ada pada wanita dan hormon wanita ada dalam pria… untuk apa?
Ovarium pada wanita menghasilkan dua macam hormon; Hormon esterogen yang merangsang pertumbuhan ciri-ciri sekunder pada wanita (perkembangan payudara, perkembangan pinggul, munculnya lemak dibawah kulit, suara menjadi nyaring dan kulit menjadi halus), menjaga kondisi ‘kewanitaan’ dan perilaku seksual. Hormon progesteron juga dihasilkan dalam ovarium, dibagian korpus luteum. Fungsinya untuk memelihara kehamilan, perkembangan, dan pertumbuhan kelenjar air susu. (Syamsuri, dkk: 2004). Pada Laki-laki juga terdapat sedikit hormone wanita, untuk mengatur keseimbangan kerja seksual dan perilaku. Keberadaan hormonal wanita dalam pria dan sebaliknya, tujuannya memang untuk menjalankan fungsi homeostatis dalam tubuh.
Meskipun laki-laki dan perempuan memiliki hormone-hormon yang sama, hormon-hormon tersebut tidak pada kadar yang sama, dan belum tentu menjalankan fungsi yang sama. Perbedaan utama terletak pada kadar hormone gonadal dan gonadotropik pada perempuan melalui siklus yang berulang setiap 28 hari. Fluktuasi inilah yang mengontrol siklus menstruasi. Pada laki-laki kadar hormone gonadal dan gonadotropik hanya sedikit sekali berubah dari hari ke hari. (Pinel: 2009).
Hormon seks dapat berubah dan dapat dimanupulasi
Demi menjalankan fungsi homeostatis-nya, hormon memang selalu fluktuatif. Hormone seks meningkat drastis setelah masa pubertas, yang menyebabkan ciri-ciri seksual baik pada pria maupun wanita. (Harun Yahya: 2007). Hormone juga berubah sesuai situasi dan kondisi tubuh sendiri. Keadaan hormon seks seorang wanita hamil jelas berbeda dengan wanita yang tidak hamil. Pria usia 40 tahun keatas berbeda juga hormonalnya dengan pria muda. Riset membuktikan bahwa pria 40 tahun keatas kadar esterogen dalam tubuhnya meningkat. (DetikHealt: 2009). Hormon ibu-ibu menyusui dengan ibu-ibu biasa pun jelas berbeda. Bahkan antara dua orang kembar sekalipun kadar hormonalnya berbeda pula.
Suatu fakta yang bukan lagi baru, alat-alat kontrasepsi seperti Pil KB, suntik KB, IUD, susuk dan spiral mengandung hormon progesterone. Hormone yang notabene diproduksi oleh pria ini, digunakan untuk mencegah kehamilan pada wanita yang menggunakannya. (Suryaningrum: 2007). Akibat kerja hormone progesterone dari alat-alat KB ini, akan muncul ciri-ciri laki-laki pada wanita penggunanya. Tumbuh rambut-rambut atau kumis tipis, siklus menstruasi yang tidak menentu, hingga perilaku angresif pada wanita tersebut.
Makanan yang kita konsumsi juga bisa memicu keadaan hormon seks dalam tubuh. Seperti diketahui hampir semua peternakan ayam dan sapi menggunakan suntikan hormon. Sehingga ayam negeri bisa dipotong dalam umur 28 hari padahal dulu 3-4 bulan. Beta agonist biasa dipakai untuk membuat daging sapi mempunyai lemak yang tipis dan daging yang tebal dan bobot daging yang berat. Susu sapi juga sudah mengandung banyak bormon, karena untuk mendapatkan susu yang banyak sapi harus disuntik hormon .Dengan memakan daging yang mengandung hormon maka seorang anak akan kelebihan hormon estrogen, sehingga dapat mempercepat puber pada anak wanita dan mempercepat menopause, juga memicu penyakit kanker. (Indonesia Healt Care Club: 2009).
Penggunaan obat-obatan dan suntikan hormone juga akan mempengaruhi kinerja hormonal dalam tubuh. Kaum transgender biasanya mengkonsumsi obat-obat atau suntikan hormon seks. Mereka memanipulasi keadaan alami hormone seks dalam tubuh mereka agar menjadi keadaan yang diinginkannya.
Fakta-fakta yang telah dipaparkan,mengenai hormon seks antara laki-laki dan perempuan, kita dapat menyimpulkan bahwa: ada ‘kelaki-lakian’ pada wanita dan begitu pula sebaliknya, ada ‘kewanitaan’ pada diri pria. Hal ini normal. Bagaimana kinerjanya, bagaimana perubahannya, seperti apa keadaan hormon seks dalam tubuh kita, memang sulit diamati dan memang sangat rumit. Yang pasti hal ini terjadi demi berjalannya fungsi homeostatis atau keseimbangan dalam tubuh kita.
Artikel detikHealth - Merry Wahyuningsih -
Http://dinkes.jogjaprov.go.id/index.php/cklgsehat/read/114.html
Http://health.discovery.com/centers/sex/sexpedia/hormone.html
Http://www.harunyahya.com/indo/buku/hormon/hormon_07.htm
Http://www.indosiar.com/ragam/21407/alat-kontrasepsi
Papalia, E, Diane. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan) Edisi ke-9. Kencana. Jakarta.
Sasongko, Sri, Sundari. 2009. Konsep dan Teori Gender. BKKBN. Jakarta
Syamsuri, Istamar, dkk. 2004. Biologi Jilid 2B Untuk SMA Kelas XI. Penerbit Erlangga. Jakarta.