Selasa, 27 April 2010

Beri Kesempatan Peserta Down Syndrome untuk Berprestasi

Written by Dwi Retno W
Tuesday, 25 November 2008
SURABAYA - Guna mencari bibit-bibit atlet potensial Surabaya untuk dapat berprestasi hingga di tingkat internasional, Pengkot Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC) Surabaya membuat sebuah terobosan dengan menambah satu nomor lomba khusus peserta dengan down syndrome yakni lompat jauh tanpa awalan.


“Sebenarnya untuk peserta dengan down syndrome ini sudah banyak cabang olahraga yang dipertandingkan di tingkat Internasional seperti Special Olympic Games, salah satunya adalah lompat jauh tanpa awalan,” kata Ketua Panitia Pelaksana Kejuaraan BPOC Piala KONI tahun 2008, Budi Haryono. “Namun untuk di wilayah Surabaya, ini adalah yang pertama kalinya.”

Dengan menambahkan nomor lompat jauh tanpa awalan di Piala KONI tahun 2008 ini, BPOC Surabaya berharap akan muncul bibit-bibit atlet potensial dengan kategori down syndrome, yang bisa membawa nama Indonesia di event-event Internasional termasuk Special Olympic Games. Budi menjelaskan bahwa hingga dibukanya kejuaraan Piala KONI 2008 hari ini, telah ada 25 atlet dengan kategori down syndrome yang ikut serta.

Pembukaan kejuaraan yang digelar pada 25 – 26 November 2008 ini dilaksanakan secara langsung oleh Pj. Ketua Umum KONI Surabaya, Heroe Poernomohadi di Aula YPAC Semolowaru Surabaya. Sebanyak 230 peserta dari 45 SLB dan Sekolah Pendidikan Khusus Autis se Surabaya turut meramaikan kejuaraan yang digelar di dua tempat yakni Lapangan KONI Jatim dan Aula YPAC ini. Nomor yang dipertandingkan meliputi lari 50 meter dan 100 meter, Tolak Peluru, Lempar Lembing, Lempar Cakram, Lompat Jauh, Lompat Jauh Tanpa Awalan (khusus peserta down syndrome), Tenis Meja, dan Catur.

Sumber:http://konisurabaya.org/web/index.php?

Penderita "down syndrome" di bawah asuhan ISDI.


Liputan6.com, Jakarta: Siapa bilang kekurangan fisik tidak bisa berprestasi? Anak-anak penderita down syndrome di bawah asuhan Ikatan Sindroma Down Indonesia (ISDI) misalnya, justru memiliki segudang prestasi. Salah satu yang membanggakan adalah mereka membuat dua juta pin hasil karya sendiri untuk bangsa.

Penderita yang memiliki kelainan kromosom hingga menyebabkan keterbelakangan fisik dan mental itu juga piawai bermain musik. Mereka bahkan berani manggung di sebuah kafe untuk menunjukkan keahlian bernyanyi. Belum lagi lukisan nan indah hasil karya mereka.

Tak ada sokongan dana dari pemerintah membuat penderita down syndrome harus mandiri. Kreativitas anak-anak tersebut bermula dari saran Melly Kiong, seorang pemerhati anak. Mereka menjual pin dan hiasan kulkas seharga Rp 3.000 per buahnya. Semangat mereka seharusnya bisa menjadi cermin bagi kita.(YNI/YUS)

Sumber: http://berita.liputan6.com/sosbud/201003/266393/Bocah

Anak-anak Down Syndrome Tetap Berprestasi

Senin, 12 Apr '10 15:23
Tuhan menciptakan makhluknya dengan banyak kemampuan dan tentu dengan kekurangan.Sebagai manusia yang diberikan tubuh lengkap dan normal kita harus lebih bersyukur karena masih banyak anak-anak yang tidak seberuntung kita.seperti anak-anak down syndrome. Down syndrome adalah anak yang memiliki kelainan kromosom,Manusia normal memiliki 23 pasang kembaran kromosom, tetapi anak down syndrome salah satu kromososmnya, terutama kromosom 21 memiliki 3 kembaran. Berbeda dengan kromosom normal yang hanya memiliki 2 kembaran. Kesalahan penggandaan kromosom inilah yang menyebabkan munculnya kelambatan mental yang merupakan ciri utama penderita down syndrome.
Walau mereka memang mempunyai kelainan tapi anak-anak ini tidak pantang menyerah,mereka masih bisa menunjukan bakat mereka dan sampai ada juga yang bisa menjadi atlet renang,pegolf banyak juga yang bisa memainkan musik hal ini juga menunjukan kalau tuhan memang adil mereka yang memiliki kekurangan dapat melebihi orang normal. Michael Rosihan Yacub salah satu anak down syndrome yang menjadi atlet golf dan dia juga dicatat oleh Museum Rekor Indonesia (MURI).seperti yang pernah ditulis kompas.com senin (12/4/2010)” Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk pertama kalinya mencatatkan rekor untuk pegolf down syndrome satu-satunya di Asia. Prestasi menakjubkan tersebut dicapai oleh Michael Rosihan Yacub..”
Michael bisa dijadikan inspirasi khususnya bagi anak-anak yang normal dan mempunyai fisik bagus untuk bisa berprestasi,semua bisa kita lakukan kalau mau berusaha dan tidak kenal menyerah.semagat terus buat anak-anak down syndrome dan terus ukir presasi kalian buktikan kalau keurangan bisa menjadi kelebihan.

sumber: http://persma.com/baca/2010/04/12/anak-anak-down-syndrome-tetap-berprestasi.html

Cacat bukan Halangan untuk Berprestasi

HANYA ada dua kata yang tepat untuk mengomentari Lena Maria LUAR BIASA. Ya, gadis Swedia itu memang luar biasa. Terlahir dengan kondisi tubuh yang tak sempurna, tanpa tangan dan hanya satu kaki yang tumbuh normal, bukan halangan bagi Lena untuk menjadi perempuan mandiri, mengukir prestasi, dan menjadi inspirasi bagi orang lain.
Dengan segala ketaksempurnaan tubuhnya, Lena bukan saja bisa melakukan apa yang biasa dilakukan orang normal, mulai dari menyetir mobil, memasak, hingga menulis. Lena mampu mengukir prestasi di bidang olah raga, dengan memenangkan empat medali emas pada Kejuaraan Renang Eropa dan ikut kejuaraan Paralympic Games 1988 di Seoul, Korea Selatan, mewakili Swedia.
Tak hanya berprestasi di bidang olah raga (renang), gadis kelahiran Jonko-ping, Swedia, 1968 itu juga membuktikan dirinya sebagai manusia serba bisa. Ia bertalenta di bidang melukis, musik, dan menyanyi. Pada 1987, saat masih menjadi atlet renang andalan Swedia, Lena lolos seleksi masuk ke The Royal College of Music dan mendapat beasiswa dari Ratu Swedia. Oleh karena itulah, setelah lulus pada 1991, Lena pun harus memutuskan memilih antara menjadi atlet profesional atau menyanyi. Lena pun memilih menjadi
penyanyi.
Sejak saat itulah Lena melanglang buana, menggelar konser dan menyanyi di sejumlah negara. Karier kearti-sannya mencoreng. Di Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Singapura, dan Thailand, nama Lena Maria begitu populer. Tak kurang dari seratus kali Lena tampil dalam satu tur konser di Asia dan Eropa, sejumlah stasiun televisi, radio, dan media. Penampilannya tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan motivasi dan inspirasi bagi siapa pun yang melihatnya.
Saat ini, pemilik nama lengkap Lena Maria Klingvall yang hanya bisa berjalan dengan kala palsu ini, adalah artis penyanyi profesional dan telah menghasilkan sedikitnya lima belas album. Lena juga fasih melantunkan lagu dari
beragam genre, mulai dari pop, jazz, gospel, hingga klasik. Acara-acara televisi yang mengangkat kisah hidupnya menuai sukses dan menarik simpati di banyak negara. Sejak 1990 Lena tergabung dalam the Mouth and Foot Pain-ting Artist Association.
Pada 1996 Lena Maria menulis salah satu buku berisi kisah nyata hidupnya dan diberi judul Foot Notes. Buku tersebut telah diterjemahkan ke dalam empat belas bahasa, termasuk Indonesia. Bukunya dinilai sangat inspiratif, menggugah, dan mendapat sambutan positif dari banyak pembaca di seluruh dunia. Lena juga telah menulis buku keduanya, Happy Days.
Kisah hidup, filosofi, dan prestasi Lena telah memberi inspirasi dan menyentuh hati jutaan manusia, termasuk para pemimpin dunia. Saat menggelar konser di Taiwan pada 2005, Presiden Taiwan, Ma Ying Ju, memberi penghargaan kepada Lena sebagai warga negara terhormat Honourary Citizen-
ship of Taiwan. Ma Ying Ju juga menyebut Lena sebagai sosok luar biasa dan menjadi kebanggaan masyarakat (extraordinary and pride to society).
Pada Januari 2008, Lena juga mendapat anugerah H.M. The Kings Medal dari raja Swedia, King Cari XVI Gustaf. Saat memberi anugerah itulah, Raja Gustaf mengucapkan, "For prominent accomplishment as an artist and ath-lete and as a model for people with disabilities in Sweden and abroad." Pada 2009, Lena telah turut berpidato di TED.com, di mana pembicara terkenal lain seperti Bill Gates dan Al Gore, menjadi bagian di dalamnya.
Semalam, bertempat di JITEC Mangga Dua Jakarta Barat, Lena pun tampil perdana di hadapan publik musik Indonesia. Konser perdana yang diberi tajuk The Very First" itu, bertujuan memberikan rasa semangat dan kepercayaan diri bagi anak-anak penyandang cacat di Indonesia.
Lena sendiri kepada para wartawan menyatakan senang berada di Indonesia. Ia mengaku, sangat menyukai masalah khas Indonesia, di antaranya ketoprak, sop buntut, sate, dan nasi goreng. "Masakan di Indonesia benar-bener cocok buat saya dan sangat luar biasa sekab, saya sangat menyukainya," kata Lena saat ditemui di Pisa Kafe Menteng, Jakarta Pusat, Senin

http://bataviase.co.id/detailberita-10422520.html

Anak Cacat Ikut UN




Keterbatasan fisik, ternyata tidak menghalangi seseorang meraih sukses dalam pendidikan khususnya dalam melaksanakan ujian nasional. Di Gresik Jawa Timur, seorang siswa cacat yang tidak memiliki sepasang tangan, mampu menggarap soal ujian dengan baik, menggunakan kedua kakinya yang mengecil.


Lahir dengan fisik terbatas, tak membuat Muhammad Amanatullah, putra bungsu 6 bersaudara pasangan Alianto dan Nasifah, warga Jalan Kartini Gang 16 Nomor 21 Kota Gresik ini, harus putus asa dan minder dalam beraktifitas sehari-hari.

Karena tangannya yang kecil dan tidak berjari, menyebabkan A’am terpaksa memanfaatkan mulut, leher dan jari-jari kakinya untuk ber-aktifitas. Bahkan, untuk menulis sekalipun, harus menggunakan jemari kakinya. namun, dengan keterbatasannya ini, siswa kelas 3 SLTP 4 Gresik ini justru mampu menuntut ilmu dengan baik.

Sepeda kecil roda tiga hasil modifikasi ayahnya, selalu menemani A’am berangkat ke sekolah, meski kadang-kadang harus di bantu teman sekelasnya agar tidak jatuh.

Dengan jemari kakinya yang kecil, anak yang bercita-cita menjadi pelukis handal ini, selalu lincah memainkan pensil, untuk menjawab satu persatu soal ujian nasional.

Untuk mengikuti Ujian Nasional, A’am mempersiapkan diri dengan baik melalui belajar intensif di rumah serta mengikuti bimbingan belajar siswa.

Hampir tak ada kendala dalam menempuh pendidikan, hanya saja, keterbatasan fisiknya kadang-kadang membutuhkan uluran tangan temannya agar bisa sampai ke ruang kelas. apalagi, ruang kelas untuk melaksanakan ujian kali ini berada di lantai 2.

“Persiapan ujian ini, saya banyak belajar di rumah dan mengikuti les dengan teman-teman”, ujar A’am. Menurut A’am, salah satu kendala mengikuti ujian adalah keberadaan ruang kelasnya yang ada di lantai 2. “Teman-teman saya baik hati, mereka membantu saya naik ke lantai 2” tambah A’am.

Sewaktu di bangku sekolah dasar, A’am bersekolah di sekolah dasar luar biasa. Namun, karena prestasinya yang mengagumkan, oleh pemerintah, A’am di terima di sekolah umum, untuk meningkatkan prestasinya.

Menurut pihak sekolah, prestasi pelajaran A’am tergolong baik dan nilainya selalu berada di atas rata-rata temannya. Meski demikian, pihak sekolah tidak memperlakukan A’am secara istimewa.

“Tidak ada perlakukan khusus pada A’am, semua berjalan sebagaimana biasa. Hanya saja, bangku A’am memang di buat secara khusus”. Ujar Djalil kepala sekolah SLTP 4 Gresik.

Satu hal yang tak pernah di lupakan A’am adalah saat di undang secara khusus oleh Kapolri Jendral Polisi Sutanto dalam acara peringatan hari Bhayangkara di Jakarta 4 tahun lalu. saat itu, A’am di minta memperagakan cara melukis dengan kaki. Dan satu lukisan A’am terjual seharga 2 juta rupiah.

Ada satu keinginan A’am yang hingga kini belum terwujud, yakni memiliki sepeda roda 3 bermesin, agar bisa beraktifitas secara praktis. Sebab, kedua kakinya tidak bisa mengayuh sepeda roda tiga yang digunakan sekarang ini. Apalagi, ayahnya yang hanya bekerja sebagai sopir truk, berpenghasilan pas-pasan.

http://www.berita86.com/2009/04/anak-cacat-berprestasi-garap-soal-unas.html

Reviera, Anak Down Syndrome Juara Renang Internasional


Senin, 27 Juli 2009

FRANS AGUNG

Revira Novitasari (15), penderita down syndrome, berhasil menyabet juara 3 kejuaraan renang internasional di Canberra Australia (26/7).
JAKARTA, KOMPAS.com - Tak pernah terbayang oleh Goieha (55), bahwa anaknya Reviera Novitasari (15) yang menderita down syndrome mendapat medali perunggu renang 100 meter gaya dada pada kejuaraan renang internasional di Canberra Australia, 11-13 April 2008.
"Saya tahu dia menderita down syndrome tak lama setelah bersalin. Waktu itu perasaan saya tidak karuan," aku Goieha pada Kompas.com.
Goieha ingat, sejak dilahirkan wajah anak keempatnya itu mempunyai paras muka yang hampir sama seperti muka orang Mongol. Untuk memastikan keadaan Reviera, dokter di R.S Manuela Jakarta menyarankan untuk memeriksakan darahnya di saat umurnya sudah enam bulan. "Saya sangat kaget dan sedih. Dokter memberikan gambaran terburuk, kalau anak down syndrome tidak bisa mandiri. Jangankan megang pensil, nyisir aja tidak bisa," ungkap isteri Tan Bun Hok (55) mengenang.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium, kromosom Reviera berjumlah 47. Bayi normal dilahirkan dengan jumlah kromosom sebanyak 46 kromosom (23 pasang) yaitu hanya sepasang kromosom 21 (2 kromosom 21). Menurut penelitian para ahli, 95 persen penderita down syndrome memang disebabkan kelebihan kromosom 21.
Menurut Goieha, ia baru mulai bisa menerima Reviera, di saat anaknya yang kelahiran 30 Oktrober 1993 berumur tiga tahun. Saat itu, ia mulai menyekolahkannya di Sekolah Luar Biasa (SLB) Dian Grahita Kemayoran Jakarta. "Beruntung saya bertemu dengan orangtua yang senasib. Saya semakin menerima keadaannya ketika bergabung di ISDI (Ikatan Sindroma Down Indonesia)," tutur Goieha, yang anak ketiganya telah meninggal.
Situasi baru dalam batin Goieha ini tampaknya memengaruhi pola relasinya dengan Reviera. Anak yang saat ini sudah menginjak kelas 2 SMP ini mampu mementahkan ramalan dokter. "Di luar dugaan Reviera bisa menulis dan membaca. Berhitung juga sudah bisa. Kemampuan renangnya pun menonjol dibanding anak cacat lain," papar Goieha.
Sadar akan bakat anak keempatnya itu, ia memfasilitasi Reviera dengan latihan renang seminggu dua kali di Club SOINA (Special Olympic Indonesia) Sunter Jakarta. "Sebelum mengikuti lomba di Australia, Reviera rutin ikut lomba Porcada tingkat DKI dari tahun 2005-2007. Banyak penghargaan yang telah ia terima," ucap Goieha.
Di tengah perbincangan, Reviera meminta minum. Tak lama kemudian, ada seseorang memberikan ia sebotol air mineral. "Thank You," kata Reviera dengan cukup jelas. Kontan kejadian itu membuat kaget beberapa orang yang ada di sekitar kami. Dengan cepat ia menghabiskan minumnya, tanpa kehilangan senyumnya. "Mam...lapar," lanjut Reviera, kali ini ucapannya agak sulit ditangkap.
Senyum yang ditampakkannya itu seolah ingin memberitahu kepada khalayak bahwa ia bahagia. Karena, ia baru saja mendapat penghargaan Kategori Anak Penyandang Cacat Berprestasi Internasional dari Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Meutia Hatta Swasono. "Bahagia...bahagia," paparnya dengan senyum lebar.
Kehadiran Reviera semakin diterima dalam keluarga. Ronald dan Rodney, saudaranya, sangat menyayangi dan melindungi Reviera. "Dia sangat disayang, apalagi umurnya jauh, sama yang kedua aja bedanya 8 tahun," kata Goieha.
Prestasi demi prestasi yang diukir Reviera membuat Goieha terus bertekad melatih renang putrinya. "Saya harap bisa dikirim ke Special Olympic World Summer Game di Athenna tahun 2011," harap Goieha, yang disambut anggukan oleh Reviera.

Sumber: Kompas.com

Anak DS yang Berprestasi

Bagi saya, kemajuan yang diperoleh dari anak SD, sekecil apa pun adalah prestasi. Untuk anak-anak seperti ini, selain mandiri, bisa renang sudah suatu prestasi, bisa main keyboard dan drum, juga sangat berprestasi bagi saya.

Ada juga anak DS lain, seperti Michael mendapat medali perak cabang lari di Special Olympic Dublin Irlandia. Eko mendapat medali emas lompat jauh di ajang yang sama. Yuliwati juara 4 di Special Olympic Shanghai 2008. Stephanie meraih emas di Singapore Swimming Competition for Down Syndrome. Intan juara 1 menari se-SLB Jakarta dan juara 2 merangkai bunga Abylimpic Jakarta. Michael mendapat penghargaan bidang lukisan, Eko juga tapi dari Spanyol. Stephanie meraih rekor Muri piano 23 lagu nonstop, Michael meraih rekor Muri pegolf se-Asia/Indonesia, belum lagi perolehan di Porcada atau Pornas (kompetisi olahraga renang dan atletik untuk tunagrahita). Banyak sekali.

Sumber: http://www.buahaticerdas.com/index.php?o

Pendidikan Untuk Anak SD Mahal?!


Mahalkah biaya perawatan anak-anak DS seandainya harus menjalani terapi?

Biaya pendidikan anak-anak dengan kebutuhan khusus selalu mahal karena mereka tidak cukup hanya diberikan pendidikan via sekolah (SLB). Mengapa tidak cukup? Karena kualitas setiap sekolah tidak sama, lagi pula dengan dicampurnya beragam jenis kelainan mental ini yang akhirnya menghambat kemajuan pendidikan di sekolah. Idealnya mereka harus ditangani individual, sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing yang tidak sama satu dengan yang lainnya. Sehingga orang yang mampu pasti memberikan tambahan berupa kursus/terapi setelah sekolah. Belum lagi bila orang tua bekerja, mereka biasanya harus punya pembantu, pendamping, karena anak-anak ini kurang dalam banyak hal di kegiatan sehari-hari. Jadi, tujuan membuat anak mandiri adalah sangat-amat perlu dan prioritas utama.

Adakah pihak-pihak yang bisa membantu keluarga kurang mampu, Di ISDI kami telah bertahun-tahun memberikan beasiswa bagi member yang tidak mampu secara finansial. Mereka bisa memilih mau beasiswa berupa kursus atau sekolah, bahkan plus tunjangan transportasinya. Tapi dengan syarat harus menjadi anggota ISDI dan orang tua mau datang untuk bertemu dan saling mengenal sehingga melalui rapat organisasi, kami bisa memilih dan mempertanggungjawabkan keputusannya. Kesulitan kami yang utama adalah bagaimana bisa meyakinkan orang tua agar mau berusaha dan berkorban waktu/uang dalam proyek mendidik anak ini. Karena sering kali, sudah bertahun-tahun dilatih, tapi kemajuannya sedikit sekali. Tapi sebenarnya mereka tetap mempunyai harapan untuk bisa, asalkan kita mau sabar menantikan hasilnya. Sering kali orang tua sudah keburu bosan menunggu sehingga membuat label kepada anaknya bahwa dia tidak bisa didik.

Seandainya pembaca ada yang berminat memberikan donasi, bagaimana caranya?
Bila ada pembaca yang mau berbagi, ISDI sedang bermimpi punya centre harapan bagi komunitas anak-anak DS di Jakarta. Silakan transfer ke BCA Cab Kemayoran A/C 684.001.8201 an Yayasan Ikatan Sindroma Down Indonesia. Bagi yang punya waktu lebih, kami masih membutuhkan tenaga sukarelawan untuk mendampingi guru yang mengajar di Centre Sunter, Jakarta Utara.

Sumber: http://www.buahaticerdas.com/index.php?o

Bagaimana peran pemerintah dalam merespons anak-anak DS?

Pemerintah turut berperan dalam penanganan tunagrahita pada umumnya dengan menyediakan SLB di seluruh provinsi di Indonesia. Tapi apakah itu cukup atau tidak, kenyataannya tidak cukup, masih banyak yang belum terjangkau. Pemerintah tidak khusus menangani DS, tapi DS termasuk dalam kategori tunagrahita. Jadi, sekolah-sekolah SLB yang tersedia harus dapat mengakomodasi segala jenis ke-tunagrahita-an, yang banyak variasinya dan kebutuhan yang berbeda. Sebagai informasi, yang masuk tunagrahita antara lain disleksia, autisme, slowlearner, down syndrome trisomi 21, hydrocephalus, ds-translocation, dan mungkin masih banyak lagi yang belum saya ketahui.

Sumber: http://www.buahaticerdas.com/index.php?o

Kasus DS harus dimunculkan

Seandainya ada orang tua yang punya anak DS dan "menyembunyikan" anak tersebut, mungkin karena malu, apa langkah pertama kali yang sebenarnya harus dilakukan?
Tantangan dan suatu kebahagiaan bagi kami para pengurus dan pekerja sosial di ISDI bila menemukan kasus seperti ini. Selama 10 tahun perjalanan ISDI, kami selalu mengisi kegiatan-kegiatan juga dengan orang tua yaitu berupa seminar-seminar. Dengan mengundang mereka datang ke seminar dan melihat serta bertemu dengan banyak orang tua, banyak anak seperti buah hati yang mereka miliki di rumah, PASTI mereka trenyuh hatinya, bahwa mereka tidak sendiri, bahwa orang tua lainnya begitu kasih dan sabar terhadap masing-masing anaknya. Dengan pemandangan seperti ini, mereka dapat pelan-pelan tergugah, untuk menerima kehadiran buah hati dengan apa adanya, mengasihi dengan tulus, dan mulai mengubah diri mereka untuk bertekad melakukan sesuatu agar dapat menolong si buah hati.

Jadi, yang pertama kali harus ditolong memanglah orang tuanya dulu. Bagaimana saling curhat di seminar, di telepon, di milis, dapat saling menguatkan dan membuat mereka nrimo pada akhirnya.

Sumber: http://www.buahaticerdas.com/index.php?o

Memasyarakatkan Down Syndrome


Bagaimana cara mengedukasi masyarakat supaya memahami anak-anak DS?


Penting bagi kami dari ISDI membawa anak-anak sesering mungkin dalam grup yang besar ke publik. Tujuannya publik bisa berinteraksi dengan mereka tanpa rasa segan. Karena berdasarkan pengalaman rupanya banyak orang yang ragu-ragu untuk kontak/bicara dengan anak-anak ini karena khawatir mereka ketakutan atau bila salah pendekatan malah membuat orang tua/pendamping anak-anak tersebut tersinggung. Jadi untuk jalan tengahnya, kami ajak mereka untuk latihan renang bersama, memberikan pertunjukan musik angklung atau tarian selalu bersama-sama.

Sehingga publik juga tidak ragu kalau sudah ketemu rombongan karena mereka yakin akan ada ketua/pimpinan rombongan yang tentunya paham terhadap anak-anak ini. Saat acara-acara tersebut, publik akan melihat atau menilai tingkah laku mereka yang rupanya seperti anak-anak normal lain bila sedang bercanda atau berkumpul. Hanya bila sudah kepada suatu percakapan, kadang-kadang ada yang nyambung, ada juga yang tidak. Dan saat itu mereka biasanya memberikan apresiasi atas usaha anak-anak dalam pertunjukan tersebut, sekaligus mereka sadar bahwa anak-anak DS rupanya bisa atau mampu juga melakukan suatu pekerjaan yang baik. Mereka juga punya nilai lebih dalam kehidupan sosial kita sehari-hari.

Sumber: http://www.buahaticerdas.com/index.php?o

Bagaimana cara merawat anak DS?

Hal terbaik yang dapat dilakukan orang tua adalah memberikan stimulasi sedini mungkin kepada bayi yang DS, terapi bicara, olah tubuh, karena otot-ototnya cenderung lemah. Memberikan rangsangan-rangsangan dengan permainan-permainan layaknya pada anak balita normal, walaupun respons dan daya tangkap tidak sama, bahkan mungkin sangat minim karena keterbatasan intelektualnya.

Anak DS juga punya kelebihan, Pada umumnya kelebihannya adalah penurut, periang, rajin, tepat waktu. Untuk anak yang sudah mendapat pendidikan atau terapi, mereka sangat menyenangi hal-hal yang rutin. Jadi, mereka lebih disiplin dari anak-anak biasa sehingga bila sudah diberikan suatu jadwal kegiatan tiap hari, mereka akan sangat ngotot untuk melakukan jatahnya, walaupun orang tua berusaha untuk menjelaskan, kadang-kadang malah membuatnya sedih dan ngambek. Ini juga karena intelektual anak yang kurang sehingga belum mempunyai pengertian yang baik.

Sumber: http://www.buahaticerdas.com/index.php?o

Ada berapa anak DS di Indonesia?

Untuk tepatnya berapa anak DS belum diketahui sampai dengan sekarang. Tapi dari hasil penelitian seorang profesor genetik di Surabaya, kelahiran anak DS rasionya 1.000 : 1, maka bisa dihitung sendiri dengan total penduduk Indonesia. Kebayang nggak berapa? Sampai saat ini belum ada biro data yang mencatat, apalagi banyak sekali anak-anak DS yang mungkin disembunyikan oleh orang tua atau keluarga karena malu.

Sumber: http://www.buahaticerdas.com/index.php?o

Apa yang dimaksud dengan down syndrome

Apa yang dimaksud dengan down syndrome, Bu Nashita?
Down syndrome adalah sebuah keadaan bawaan lahir yang dimiliki oleh seorang manusia sejak dalam kandungan. DS itu identik dengan intelektual dan mental yang kurang, otot-otot yang lemah, wajah yang khas "mongolid". DS sendiri berasal dari istilah yang ditemukan oleh seorang bernama John Langdon Down yang melakukan riset mengenai kromosom dan berhasil mengetahui kromosom no 21 berjumlah 3 (harusnya 2) pada setiap anak DS, sehingga disebut Down Syndrome Trisomi 21.

Bagaimana ciri-ciri anak DS?

Ciri-cirinya sudah saya sebutkan di atas, yang paling jelas nampak adalah wajahnya yang khas mongolid walaupun dia dilahirkan dari ras apa pun, world wide, tapi tetap khas. Dan mulut yang menganga (melongo) karena lidah yang cenderung panjang. Kecerdasannya biasanya setengah dari umurnya (walaupun sudah berusia 10 tahun, ada yang sifat dan kepandaiannya masih 5-6 tahun).

Sumber: http://www.buahaticerdas.com/index.php?o

Bicara mengenai Anak Down Sindrome

Nashita: "Anak Down Syndrome Lebih Disiplin"

Nashita Nio
SALAH satu anugerah terindah yang kita miliki adalah anak-anak. Bagaimanapun kondisi atau keadaan anak, kita perlu mensyukurinya. Wujud syukur tersebut antara lain dengan mendidik si buah hati dengan sepenuh jiwa dan kasih sayang. Dalam perbincangan kali ini, kita akan belajar dan mengambil makna dari anak-anak down syndrome (DS). “Pada umumnya kelebihan anak-anak down syndrome adalah penurut, periang, rajin, dan tepat waktu. Untuk anak yang sudah mendapat pendidikan/terapi, mereka sangat menyenangi hal-hal yang rutin. Jadi, mereka lebih disiplin dari anak-anak biasa,” kata Nashita Nio, Humas ISDI (Ikatan Sindroma Down Indonesia).

Didirikan pada 21 April 1999, ISDI merupakan sebuah kelompok nirlaba yang terdiri dari orang tua, ahli medis, ahli pendidikan kebutuhan khusus, para guru, dan simpatisan. ISDI sangat prihatin akan masa depan anak-anak down syndrome di Indonesia, apalagi tiada dukungan yang memadai dari pemerintah atau kalangan lain.

ISDI menyosialisasikan keberadaan anak-anak DS kepada masyarakat luas dengan bantuan media massa dengan berbagai aktivitas, seperti menari, bermain musik, berolahraga, dan kegiatan sosial. Para penyandang DS ini juga memiliki hak-hak yang sama dengan mereka yang normal. Oleh karena itu, ISDI memberikan pelayanan keterampilan sesuai dengan kebutuhan anak dan meningkatkan kemampuan mereka dengan harapan mereka dapat mandiri dan sekaligus menghapus kesan negatif masyarakat luas selama ini.

Sumber: http://www.buahaticerdas.com/index.php?o

Jangan Sisihkan Anak-anak “Down Syndrome” Itu



Meski anak-anak down syndrome memiliki keterbatasan, mereka tetap mampu berprestasi. Karena itu, anak-anak down syndrome perlu perhatian, didampingi, dan jangan disisihkan.

“Semua anak haruslah dianggap sama. Janganlah mereka disisihkan. Sebaiknya mereka pun dibekali keterampilan,” kata Ny Mufidah Jusuf Kalla saat hadir pada acara wisuda lulusan SD, SMP, dan alumni Sekolah Luar Biasa (SLB) Dian Grahita, Jakarta, Senin (6/8).

Menurut suster Joanni, Kepala SLB Dian Grahita, wisuda ini sangat berarti bagi anak-anak down syndrome. “Inilah bukti cinta orangtua dan sekolah kepada anak-anak kami. Mudah- mudahan ini titik awal. Saatnya masyarakat menerima dan mencintai anak-anak kami,” katanya.

Down syndrome disebabkan adanya gangguan pada kromosom yang ke-21. Manusia memiliki 23 pasang kromosom. Pada anak down syndrome, kromosom mereka yang ke-21 tidak sepasang (dua), melainkan tiga kromosom (trisomi). Dengan kata lain, down syndrome adalah gangguan genetik.

Pada wisuda hari Senin lalu, ada 30 anak yang diwisuda. Tujuh anak adalah lulusan SD, 11 lulusan SMP, dan 12 anak adalah alumnus SLB Dian Grahita. Mengenakan jubah dan toga berwarna ungu, mereka sangat antusias mengikuti acara wisuda yang dimeriahkan tari-tarian dari rekan-rekan mereka.

Menurut Ketua Ikatan Sindroma Down Indonesia (ISDI) Aryanti Rosihan Yacub, setelah tamat sekolah, anak-anak pada umumnya akan mengejar masa depan. Akan tetapi, para orangtua anak-anak down syndrome justru mengalami ketakutan bagaimana masa depan anak-anak mereka karena keterbatasannya.

“Karena itu ada ISDI, agar kehidupan mereka berguna dan berarti. Ada banyak rintangan dan cucuran air mata. Asuransi kesehatan pun menolak mereka karena takut rugi. Tetapi, dengan keterbatasan mereka, anak-anak ini sebetulnya juga dapat berprestasi mengangkat nama bangsa dan negara di dunia internasional,” kata Aryanti.
Kimberly, yang baru saja lulus SD (biasa dipanggil Kim Kim) pada SLB Dian Grahita, misalnya. Walaupun untuk berjalan saja Kim Kim mengalami kesulitan, tetapi begitu “nyemplung” ke kolam renang, ia bak ikat pesut yang bergerak cepat.

Michael Rosihan Yacub, yang lulus SMP, telah berpraktik kerja di British International School. Ia pun mampu mandiri. Robby Eko Raharja yang juga lulus SMP, selain lincah memainkan keyboard juga menang terus dalam acara-acara pekan olahraga.
Alumni SLB Dian Grahita, seperti Adrian Raharja, pun pernah menjadi juara I renang Porcaba 2005, mendapatkan medali perak Bocce di Taipei (Taiwan), juara I Bocce Porcaba 2007.

Tak semua anak down syndrome menyusahkan keluarganya. Seperti Marisa (16), siswa SMA Triasih di Kebun Jeruk, Jakarta Barat. Ia bisa mandiri dan sangat senang menari.
Betapa pun anak-anak, down syndrome ada di sekeliling kita. Adalah kewajiban kita untuk membekali mereka dengan keterampilan guna menghadapi masa depan…. (LOK)

Sumber: http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0708/08/humaniora/3749099.htm, Rabu, 08 Agustus 2007 By susuwongi

Gangguan Pada Anak Autis

Anak yang menderita autis akan mengalami gangguan dalam perkembangannya. Perkembangan yang terganggu adalah dalam bidang :
1. Komunikasi : Perkembangan bicaranya terlambat, atau samasekali tidak berkembang.
• Tidak ada usaha untuk berkomunikasi dengan gerak atau mimik muka untuk mengatasi kekurangan dalam kemampuan bicara.
• Tidak mampu memulai suatu pembicaraan atau memelihara suatu pembicaraan dua arah yang baik.
• Bahasa yang tidak lazim yang diulang-ulang atau stereotipik.
• Tidak mampu untuk bermain secara imajinatif, biasanya permainannya kurang variatif.
2. Interaksi sosial :
• Kegagalan untuk bertatap mata, menunjukkan ekspresi fasial, maupun postur dan gerak tubuh, untuk berinteraksi secara layak.
• Kegagalan untuk membina hubungan sosial dengan teman sebaya, dimana mereka bisa berbagi emosi, aktivitas, dan interes bersama.
• Ketidak mampuan untuk berempati, untuk membaca emosi orang lain.
• Ketidak mampuan untuk secara spontan mencari teman untuk berbagi kesenangan dan melakukan sesuatu bersama-sama.
3. Perilaku : aktivitas, perilaku dan minatnya sangat terbatas, diulang-ulang dan
stereotipik seperti dibawah ini :
• Adanya suatu preokupasi yang sangat terbatas pada suatu pola perilaku yang tidak normal, misalnya duduk dipojok sambil menghamburkan pasir seperti air hujan, yang bisa dilakukannya berjam-jam.
• Adanya suatu kelekatan pada suatu rutin atau ritual yang tidak berguna, misalnya kalau mau tidur harus cuci kaki dulu, sikat gigi, pakai piyama, menggosokkan kaki dikeset, baru naik ketempat tidur. Bila ada satu diatas yang terlewat atau terbalik urutannya, maka ia akan sangat terganggu dan nangis teriak-teriak minta diulang.
• Adanya gerakan-gerakan motorik aneh yang diulang-ulang, seperti misalnya mengepak-ngepak lengan, menggerak-gerakan jari dengan cara tertentu dan mengetok-ngetokkan sesuatu.
• Adanya preokupasi dengan bagian benda/mainan tertentu yang tak berguna, seperti roda sepeda yang diputar-putar, benda dengan bentuk dan rabaan tertentu yang terus diraba-rabanya, suara-suara tertentu.

Sumber: Yayasan Autis Indonesia

Autis


Kata autis berasal dari bahasa Yunani “auto” yang berarti sendiri karena kalau kita perhatikan maka kita akan mendapat kesan bahwa penyandang autisme itu seolah-olah hidup di dunianya sendiri. Pemakaian istilah autis diperkenalkan pertama kali oleh Leo Kanner, seorang psikiater dari Harvard (Kanner, Austistic Disturbance of Affective Contact) pada tahun 1943 walaupun sebenarnya dari berbagai bukti yang ada diketahui bahwa kelainan ini sudah ada sejak jauh sebelum itu namun hanya istilahnya saja yang relatif msh baru. Autisme Masa Kanak adalah gangguan perkembangan pada anak yang gejalanya sudah tampak sebelum anak tersebut mencapai umur 3 tahun.

Jumlah anak yang menderita autis semakin meningkat di berbagai belahan dunia dan dapat terjadi pada semua kelompok masyarakat baik kaya atau miskin, di desa atau dikota, berpendidikan maupun tidak serta pada semua kelompok etnis dan budaya di dunia. Penyebab autis sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti, ada banyak faktor penyebab (multi faktor) mengapa seorang anak menderita autis. Para ahli menyimpulkan penyebab autis berdasarkan dasar keilmuannya masing2 namun secara garis besar kita bagi menjadi dua faktor yaitu genetik dan lingkungan walaupun faktor genetik itu sendiri masih diperdebatkan.
- Faktor genetik: ditemukannya gen autis yang diturunkan dari orangtua pada beberapa anak autis.
- Faktor lingkungan: Lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun
- Makanan yang mengandung zat-zat pengawet dan pewarna
- Kemungkinan yang disebabkan akibat vaksinasi namun hal tersebut msh dipertentangkan.

Sumber: Yayasan Autis Indonesia

Perjuangan Three Brothers+1, Tiga Bersaudara Pelukis Cacat Plus Satu

Tiga bersaudara, Nyoman Budiarta, 30; Ketut Budiarsa, 28; dan Wayan Piadnya, 27, punya cara unik dalam melukis. Berbagai cara dilakoni untuk bisa melukis. Bahkan, mereka tak segan-segan menduduki kanvas untuk mendapatkan hasil maksimal.

THREE Brothers + 1, Nyoman Budiarta, 30; Ketut Budiarsa, 28; Wayan Piadnya, 27, dan Kadek Budiana, 25, terus berkarya. Meski nama mereka tak terdengar di kancah nasional. Pun begitu, itu bukan akhir perjuangan. Toh, yang namanya seniman, kepuasan batin yang dicari bukan sekadar materi.

"Memang ada kesulitan sekarang, karena material dan bahan-bahan makin mahal. Kalau dulu, kami sering diberi bantuan cat dan material lain oleh guru," kata Budiarsa.

Guru yang dimaksud adalah almarhum I Gusti Ayu Murniasih. Wanita asal Negara yang menikahi pria asing, itu meninggal akibat kanker mulut rahim 2005 silam, meski sempat mendapat penanganan medis tim dokter Singapura.

Menurut Budiarsa, perkenalan dengan Murniasih terjadi di tahun 2000. Kala itu, anak angkat Murniasih yang bernama Made Juli adalah teman sekolah di Sekolah Dasar Suta Darma, Ubud, Gianyar. "Kami dikenalkan ke ibunya, karena ibunya senang melukis juga," jelasnya.

Singkat kata, Murniasih pun tertarik melatih Three Brothers + 1. Sayangnya, ketika itu mereka belum terlalu sreg dengan aliran fantasi yang diusung Murniasih. "Ibu sempat memberikan hadiah lukisan pada kami. Setelah Ibu meninggal, kami baru tertarik dengan aliran fantasi, ke surealis," imbuhnya.

Surealisme atau aliran surealis, awalnya berkembang pada sastra. Dan, tahun 1024 dipakai oleh Andre Bizton untuk menyebutkan corak dalam seni lukis. Dengan usaha pembebasan diri dari kontrol kesadaran, menghendaki kebebasan yang bisa mengarah ke realis, tapi masih banyak dalam hubungan objek yang aneh.

Lukisan dalam ukuran kecil, yang menggambarkan (maaf) alat vital laki-laki yang dicengkeram tangan, berbalut warna merah. Usut punya usut, itu adalah pengalaman pribadi almarhum, terkait pelecehan seksual menimpa saat berusia kecil. "Kalau kita lihat, ini bukan pornografi. Ini ungkapan hati," sambung Piadnya yang memiliki tekstur tertawa khas.

Three Brothers + 1 pun dipengaruhi teknik melukis Dewa Nyoman Batuan dan Dewa Ketut Mokoh, perupa terkenal tradisional digabung kontenporer di wilayah Ubud, khususnya Pengosekan. Para pembimbing itu pun mempengaruhi anak-anak pasangan Ketut Nggong, 55, dan Made Kormi, 50, dalam mengguratkan kanvas.

Karya Budiarta, Nostalgia dalam goresan mixed media ke kanvas berukuran 60 cm x 50 cm yang digarap 2008 lalu adalah contohnya. Warna-warna cerah begitu terlihat. Dari wajah seorang anak laki-laki di sebelah kursi roda yang menjadi penggambaran, pelukis itu sendiri. Itu untuk mempertegas kenangan masa silam. Dari pemberitaan hingga alur hidup mereka yang sempat masuk program televisi swasta. Budiarta mempertegas, dengan tulisan dan kata-kata di alam pikirnya, berikut sebuah radio.

Pun begitu dalam Look At Me As Your. Bujang satu ini teringat apa yang didapat saat keci. Ada yang membantu, sisi lain mencemooh keadaan fisiknya.

Gambaran lebih gelap terlihat pada karya Budiarsa maupun Piadnya. Coklat dan abu-abu, lebih banyak dipilih. Piadnya, dalam Creaming In Th Silence layaknya ingin berteriak. Protes lewat sosok tubuh penuh luka, dengan kepala sepotongan kue terbelah. Dan kaki pun cacat. Distorsi pun terjadi. Merah layaknya api dalam lukisan bermedia arcylic dalam kanvas, 50 cm x 60 cm. Pun tergambar sosok putih arwah di dalam tubuh itu.

"Pemberontakan dengan jiwa lepas dari tubuhnya. Roh-roh keluar, seperti freedom of life," tandasnya.

Menariknya, kesedihan dan pemberontakan tak hanya tergambar di karya tiga bersaudara yang cacat. Budiana, pun terseret ke dalamnya. Ini terlihat pada karya berjudul Wounded In The Saly Water yang digarap tahun 2008. Lukisan dibuat di atas kanvas berukuran 180 cm x 200 cm acrylic. Terlihat sosok seorang buruk rupa, dengan beragam kerusakan fisik. Tapi, di dalam hatinya adalah sosok pekerja keras. Terwakilkan dengan pria pedagang tradisional Bali yang terus melangkah, meski air begitu tinggi. Sementara, di sisi lain banyak kodok dan tangan-tanggan yang terus menggerayangi dan "meneriaki" mereka.

"Ini menggambarkan tentang kehidupan sendiri dan menjalankan hidup yang terluka ditaburi air garam. Kita sudah begini, masih ada saja orang-orang yang mengejek. Kita akan berjuang lebih kuat," ucapnya.

Kok tidak ada tema cinta berikut problematikannya? Hanya Budiarsa yang pernah punya pacar. Itu dituangkan dalam Bukalah Pintumu Sekali Lagi. Kata dia, itu merupakan gambaran seorang wanita yang menjadi teman sekolah ketika SMP.

"Namanya cinta monyet, hanya berlangsung sebentar," jawabnya sedikit malu. "Kalau saya tidak pernah pacaran, jadi tidak pernah patah hati," sambung Piadnya.

Yang jadi pertanyaan, bagaimana para pelukis dengan keterbatasan fisik ini menyelesaikan karyanya di atas kanvas yang besar-besar? Bagi yang cacat (Budiarta, Budiarsa, Piadnya), ini memang bukan hal yang gampang. Demikian, usaha dan kemauan keras yang membuat mereka mampu menyelesaikan karya itu semua. Caranya, dengan teknik kanvas dibaringkan ke lantai atau diposisikan miring di tembok. Jadi, pelukis akan mengelilingi karya itu. Bahkan, dalam posisi terbalik. Hemat Budiarta, itu tak masalah. "Sudah biasa, jadi lukisannya tetap sesuai pikiran kita," kata dia.

Beda dengan Piadnya. "Setelah dipaku (kanvas) diberikan cat dasar, setelah itu saya cabutin pakunya dari spiran. Terus (kanvas) saya taruh di lantai. Setelah itu saya naik dan melukis di kanvas itu," paparnya. Sembari mengatakan, untuk lukisan ukuran besar, biasanya selesai kisaran satu sampai dua minggu.

Sumber: CANDRA GUPTA, Ubud

Tip Membesarkan Anak Cacat




Tidak mudah memang membesarkan dan mendidik anak yang terlahir cacat hingga sukses ketika dewasa kelak. Agar anak yang terlahir cacat ditengah keluarga tersebut bisa menjadi kebanggaan orangtua, berikut tip mendapatkan anak cacat yang berprestasi.

- Tanamkan rasa percaya diri

Menanamkan rasa percaya diri anak cacat bukan hanya dibangun di sekolah, juga harus dimulai dari keluarga menghargai kecacatan mereka, anak akan tampil percaya diri dimana saja.

- Tanamkan kelebihan bukan kekurangan

Orangtua yang bijak akan melihat nilai positif dan kecacatan yang diderita anaknya. Bukan selalu mempermasalahkan kekurangan yang dimiliki mereka. Dengan demikian, anak akan merasa dirinya tidak berbeda dengan saudaranya yang lain.

- Lakukan kegiatan membangun

Banyak hal menarik dan bisa membangun mental anak cacat menjadi lebih percaya diri. Ajaklah mereka ke sekolah luar biasa (SLB) untuk melihat bagaimana teman-temannya belajar. Ini sangat penting karena akan mendorong motivasinya untuk lebih maju.

- Jangan anggap remeh

Jangan sekali-kali menganggap remeh anak dengan cacat fisik. Selain merusak harga dirinya, juga akan mengganggu mentalnya. Hargailah anak dengan cacat fisik seperti anak lainnya karena mereka memiliki bakat yang kadang-kadang sangat istimewa.

- Beri kegiatan bermanfaat

Jika saudara-saudaranya bisa berenang, bermain bola atau bermain di lapangan, beri pula kesempatan bagi mereka untuk melakukan dalam berkegiatan semakin membuat anak-anak cacat lebih mandiri.

Sumber: http://sekolahdolan.org/2009/05/mengenal-anak-berkebutuhan-khusus/

Anak-anak berkebutuhan khusus selain Pervasive Developmental Disorder atau Autism Spectrum Disorder

Anak-anak berkebutuhan khusus selain Pervasive Developmental Disorder atau Autism Spectrum Disorder :
- Child with developmental Impairement
Yang banyak dikenal di Indonesia sebagai anak tuna grahita (mental retardation). Secara umum anak dengan gangguan retardasi mental memiliki inteligensi di bawah rata-rata normal, tidak mampu berprilaku adaptif sesuai tugas-tugas perkembangan usianya. Secara performa fisik tanpak sekilas anak retardasi mental seperti anak normal. Kemampuan berkomunikasinyapun tidak mengalami gangguan.hanyak saja anak retardasi mental sulit mengembangkan topik pembicaraan kearah yang lebih lanjut dan kompleks.
- Child with specific learning disability
Anak berprestasi rendah yang lebih populer dengan istilah anak berkesulitan belajar. Mereka mempunyai kesulitan di bidang-bidang akademik, kognitif dan masalah-masalah emosi sosial. Oleh sebab itu kelainan-kelaian yang dialami lebih bersifat psikologis, yang berimbas pada gangguan kelancaran berbicara, berbahasa dan menulis. Anak-anak LD terlihat tidak berkemampuan sebagai pendengar yang baik, berfikir, berbicara, membaca dan menulis, mengeja huruf, dan perhitungan yang bersifat matematika. Tes hasil belajar di sekolah menunjukan angka rendah. Yang tergolong learning disabilitis adalah anak dengan ganguan persepsi, cedera otak/cerebal palsy, minimal brain dysfunction, dyslexia dan developmental aphasia.
- Child with emotional or behavioral disorder
Anak dengan ganguan perilaku menyimpang/emosional menunjukan masalah perilaku yang dapat terlihat dari ; selalu gagal/tidak dapat menjalin hubungan pribadi yang intim, berprilaku tidak pada tempatnya (sering mencari perhatian dengan cara-cara yang tidak logis), merasakan adanya depresi dan tidak bahagia (diri sendiri/bisa keluarga/lingkungan sosial) prestasi belajar menurun (memiliki masalah-masalah kesulitan belajar bukan disebabkan faktor intelektual, sensori atau kesehatan).
- Child who have attention deficit disorder with hyperactive (ADHD)
ADHD terkadang lebih dikenal dengan istilah anak hiperaktif, oleh karena mereka selalu bergerak dari satu tempat ketempat yang lain. Tidak dapat duduk diam di satu tempat selama ± 5-10 menit untuk melakukan suatu kegiatan yang diberikan kepadanya. Rentang konsentrasinya sangat pendek, mudah bingung dan pikirannya selalu kacau, sering mengabaikan perintah atau arahan, sering tidak berhasil dalam menyelesaikan tugas-tugas di sekolah. Sering mengalami kesulitan mengeja atau menirukan ejaan huruf.
- Down Syndrom
Anak down syndraom sangat mudah dikenali lewat bentuk wajahnya (seperti orang mongol). Tapi beberapa diantaranya tidak memperlihatkan bentuk muka down syndrom (layaknya anak normal). Mereka biasanya sangat pendiam, sering bermasalah dengan koordinasi otot-otot mulut tangan dan kaki sehingga sering mengalami terlambat berbicara dan berjalan. Kemampuan inteligensinya dibawah rata-rata normal menyebabkan mereka sulit mengikuti tugas-tugas perkembangan anak normal, baik dalam aspek akademis, emosi dan bersosialisasi. Tak jarang behavioralnya juga memperlihatkan perilaku yang tidak adaptif (sering mencari perhatian yang berlebihan, memperihatkan sikap keras kepala yang berlebihan (shut off/berlagak seperti patung) dan kekanak-kanakan.
- Child with communication disorder and deafness
Lebih popular dengan istilah tunarungu/wicara adalah mereka yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar sebahagian atau keseluruhan, akibat tidak berfungsinya indra pendengaran sebagaian/keseluruhan.
- Child with partially seeing and legally blind
Anak tunagrahita dikategorikan sebagai anak-anak yang memiliki indra ke-enam. Hal ini mengacu kepada kemampuan inteligensi yang cukup baik, daya ingat yang kuat, kemampuan taktil yang tinggi berupa kemampuan merasakan objek melalui ujung jari-jemarinya sebagai pengganti indra penglihatannya. Anak tunagrahita mempresepsikan dunia dengan menggunakan indra sensoriknya, sehingga mereka membutuhkan latihan dalam waktu yang lama untuk menguasai dunia persepsi. Dalam melakukan interaksi sosial umumnya dilakukan dengan cara menyentuh dan mendengar objeknya, sehingga kurang menarik bagi lawan bicaranya.
- Child with Giftednees and Special talent
Anak berbakat memiliki cirri-ciri :
1. Memiliki skor IQ 140 atau lebih diukur dengan instrument Stanford Binet (general intellectual ability).
2. Mempunyai problem solving, kreatifitas tinggi dan produktif.
3. Memiliki keunggulan dibidang akademik/seni/sastra/verbal/etetika/sport/sosial.
4. Memiliki kemampuan intuisi yang kuat, terkadang mampu mempredisi sesuatu yang bersifat futuristik yang mungkin beberapa waktu (tahun/abad) baru diketahui orang normal.
5. Memiliki kemampuan kepemimpinan yang teliti dan visione

Sumber: http://sekolahdolan.org/2009/05/mengenal-anak-berkebutuhan-khusus/

Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus adalah meraka yang memerlukan penanganan khusus yang berkaitan dengan kekhususannya. Anak berkebutuhan khusus saat ini menjadi istilah baru bagi masyarakat kota Malang pada umumnya. Padahal jika kita memahami lebih dalam lagi maksud dari istilah anak-anak berkebutuhan khusus, istilah ini tidaklah terlalu asing. Di Indonesia istilah yang terlebih dahulu populer untuk mengacu pada anak berkebutuhan khusus adalah berkaitan dengan istilah anak luar biasa. Pada profesi psikologi klinis/kedokteran istilah yang populer adalah anak-anak dengan handaya perkembangan.
Hingga saat ini anak-anak berkebutuhan khusus yang mendapat perhatian yang cukup luas di masyarakat adalah mereka yang tergolong kedalam Pervasive Developmental Disorder atau Autism Spectrum Disorder.
- Autistic Disorder
Autisme adalah gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem syaraf pusat yang mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.
- Asperger Disorder
Secara umum performa anak Asperger Disorder hampir sama dengan anak autisme, yaitu memiliki gangguan pada kemampuan komunikasi, interaksi sosial dan tingkah lakunya. Namun gangguan pada anak Asperger lebih ringan dibandingkan anak autisme dan sering disebut dengan istilah ”High-fuctioning autism”. Hal-hal yang paling membedakan antara anak Autisme dan Asperger adalah pada kemampuan bahasa bicaranya. Kemampuan bahasa bicara anak Asperger jauh lebih baik dibandingkan anak autisme. Intonasi bicara anak asperger cendrung monoton, ekspresi muka kurang hidup cendrung murung dan berbibicara hanya seputar pada minatnya saja. Bila anak autisme tidak bisa berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, anak asperger masih bisa dan memiliki kemauan untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Kecerdasan anak asperger biasanya ada pada great rata-rata keatas. Memiliki minat yang sangat tinggi pada buku terutama yang bersifat ingatan/memori pada satu kategori. Misalnya menghafal klasifikasi hewan/tumbuhan yang menggunakan nama-nama latin.
- Rett’s Disorder
Rett’s Disorder adalah jenis gangguan perkembangan yang masuk kategori ASD. Aspek perkembangan pada anak Rett’s Disorder mengalami kemuduran sejak menginjak usia 18 bulan yang ditandai hilangnya kemampuan bahasa bicara secara tiba-tiba. Koordinasi motorinya semakin memburuk dan dibarengi dengan kemunduran dalam kemampuan sosialnya. Rett’s Disorder hampir keseluruhan penderitanya adalah perempuan.
- Childhood Disintegrative Disorder.
Yang membedakan anak Childhood Disintegrative Disorder (CCD) dengan anak autisme adalah bahwa umumnya anak CCD sempat berkembang secara normal sampai beberapa tahun termasuk kemampuan bahasa bicaranya. Biasanya anak-anak itu mengalami kemunduran setelah menginjak 2 tahun. Kemunduran kemampuan pada anak CDD bisa samapai pada kondisi anak dengan ganggaun autisme berat (low fuctioning autisme) dengan performa yang sama.
- Pervasive Development Disorder Not Otherwie Specified (PDD-NOS)
Anak dengan gangguan PDD-NOS performanya hampir sama dengan anak Autisme hanya saja kualitas gangguannya lebih ringan dan terkadang anak-anak ini masih bisa bertatap mata, ekspresi wajah tidak terlalu datar dan masih bisa diajak bercanda.

Sumber: http://sekolahdolan.org/2009/05/mengenal-anak-berkebutuhan-khusus/

Mereka Juga Berhak Dapat Pendidikan!

Ada beberapa landasaran yuridis formal yang mendasari upaya untuk memberikan hak-hak pada anak berkebutuhan khusus, diantaranya yaitu :

1. UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dan 2 tentang hak mendapat pendidikan.

2. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Pasal 3, 5 dan 32 tentang pelayanan pendidikan khusus.

3. UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak pasal 48, 49, 50, 51, 52, 53

4. UU No. 4 tahun 1997 pasal 5 tentang penyandang cacat.

5. Deklarasi Bandung (Nasional) "Indonesia menuju pendidikan inklusif" 8-14 Agustus 2004.

Sejalan dengan hal tersebut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 20 November 1989 menetapkan konfensi hak anak termasuk di dalamnya hak anak yang berkebutuhan khusus, di antaranya:

1. Dalam deklarasi Hak-hak Asasi Manusia Sedunia, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah dinyatakan bahwa masa kanak-kanak berhak memperoleh pemeliharaan dan bantuan khusus.

2. Sebagaimana yang dinyatakan dalam Deklarasi Hak-hak anak, "anak karena tidak memiliki kematangan jasmani dan mentalnya, memerlukan pengamanan dan pemeliharaan khusus termasuk perlindungan hukum yang layak, sebelum dan sesudah kelahiran."

3. Di semua negara bagian di dunia, ada anak-anak yang hidup dalam keadaan yang sulit, dan bahwa anak-anak seperti itu membutuhkan perhatian khusus.

Menurut Ki Hajar Dewantara mengingatkan bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah dan pemerintah (Suyanto, 2005:225) oleh karena itu upaya untuk memberikan pelayanan kepada anak yang berkebutuhan khusus hendaknya melibatkan :
(1) kerja sama dengan orang tua,
(2) kerja sama antara guru,
(3) kerja sama organisasi profesional,
(4) kerja sama dengan masyarakat.

Dari berbagai upaya di atas diharapkan anak-anak berkebutuhan khusus mendapatkan pelayanan khusus sesuai dengan hak-haknya. Sehingga anak tidak akan kehilangan hak-haknya untuk mengembangkan potensi secara optimal. Dengan demikian anak berkebutuhan khusus dapat mengembangkan potensinya seperti anak-anak lain untuk membekali hidupnya serta dapat bermanfaat bagi dirinya, lingkungan, dan masyarakat.

Sumber: http://www.autis.info/index.php/artikel-makalah/artikel/165-dampingi-anak-berkebutuhan-khusus

Dampingi Anak Berkebutuhan Khusus

PERLU perhatian khusus untuk membesarkan anak berkebutuhan khusus. Bila dibimbing secara maksimal, mereka bisa tumbuh seperti anak normal lainnya.

Jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia terus meningkat jumlahnya. Pada Hari Autis Sedunia yang jatuh pada 8 April lalu diketahui bahwa prevalensi anak berkebutuhan khusus saat ini mencapai 10 anak dari 100 anak. Berdasarkan data ini menunjukkan 10 persen populasi anak-anak adalah anak berkebutuhan khusus dan mereka harus mendapatkan pelayanan khusus.

Anak yang dikategorikan sebagai anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang mengalami keterbelakangan mental, ketidakmampuan belajar atau gangguan atensi, gangguan emosional atau perilaku, hambatan fisik, komunikasi, autisme, traumatic brain injury, hambatan pendengaran, hambatan penglihatan, dan anak-anak yang memiliki bakat khusus.

"Mereka secara fisik, psikologis, kognitif atau sosial terhambat dalam mencapai aktualisasi potensinya secara maksimal," ucap Dra Psi Heryanti Satyadi MSi saat acara seminar bertema "Mengatasi Anak Berkebutuhan Khusus/Special Needs" yang diselenggarakan KiddyCuts.

Psikolog yang berpraktik di Jalan Paku Buwono VI Nomor 84 Kebayoran Baru ini juga mengatakan, eningkatnya populasi anak berkebutuhan khusus ini salah satunya karena perubahan gaya hidup. "Banyak penyebab meningkatnya angka populasi ini. ang pertama adalah karena semakin banyaknya orang yang peduli terhadap anak berkebutuhan khusus dan adanya perubahan gaya hidup yang memang berbeda pada zaman dulu," ujarnya psikolog dari I Love My Psychologist ini.

Di zaman sekarang ini, banyak orang tua yang hanya memiliki sedikit waktu untuk keluarga. Hal tersebut juga berdampak pada anak-anak yang menjadi kurang perhatian, terutama pada anakanak yang berkebutuhan khusus. "Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang memang secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaannya," papar psikolog yang berpraktik di Kawasan Kelapa Gading ini.

Penyebab seorang anak mengalami keterbelakangan mental ini disebabkan beberapa hal. Antara lain dari dalam dan dari luar. Jika dari dalam adalah karena faktor keturunan.

Sedangkan dari luar memiliki banyak penyebab. Penyebab dari luar ada beberapa faktor. Satu di antaranya karena maternal malanutritisi (malanutrisi pada ibu). Ini biasanya terjadi pada ibu hamil yang tidak menjaga pola makan yang sehat, keracunan atau efek substansi.

Hal tersebut bisa memicu kerusakan pada plasma inti, kerusakan pada otak waktu kelahiran, gangguan pada otak. Misalnya tumor otak, bisa juga karena gangguan fisiologis seperti down syndrome.

"Penyebab dari luar juga bisa. Misalnya karena pengaruh lingkungan dan kebudayaan. Biasanya ini terjadi pada anak yang dibesarkan di lingkungan yang buruk. Kasus abusif, penolakan atau kurang stimulasi yang ekstrem dapat berakibat pada keterbelakangan mental," katanya.

Pada umumnya, anak-anak yang berkebutuhan khusus dan sebagian anak normal mengembangkan suatu bentuk perilaku yang perlu perhatian dan penanganan secara khusus dan hati-hati.

Perilaku tersebut bisa saja terjadi karena anak merasa frustrasi tidak dapat mengekspresikan dirinya dengan kata-kata yang komunikatif agar dipahami orang lain. Akhirnya amarahnya meledak dan mengamuk.

"Banyak anak berkebutuhan khusus mengalami masalah serius dalam pengendalian perilaku dan memerlukan bantuan untuk mengendalikan ledakan-ledakan perilaku agresif, yang tidak relevan dengan situasi sosial sehari-hari," papar ibu dua anak ini.

Dokter ahli kejiwaan Dr Ika Widyawati SpKJ (K) mengatakan, anak yang perlu penanganan khusus tidak harus belajar di sekolah khusus. Mereka bisa saja disekolahkan di sekolah umum bersama anak normal lainnya.

"Jika anak disekolahkan di sekolah umum, itu adalah langkah yang tepat dilakukan orang tua asalkan mereka bisa mengikuti pelajarannya," ujar Kepala Divisi Psikiatri Anak Departemen Psikiatri FKUI/RSCM tersebut.
(Koran SI/Koran SI/tty)

Sumber: http://www.autis.info/index.php/artikel-makalah/artikel/165-dampingi-anak-berkebutuhan-khusus

Manfaat Sekolah Inklusi

Meski sampai saat ini sekolah inklusi masih terus melakukan perbaikan dalam berbagai aspek, namun dilihat dari sisi idealnya sekolah inklusi merupakan sekolah yang ideal baik bagi anak dengan dan tanpa berkebutuhan khusus. Lingkungan yang tercipta sangat mendukung terhadap anak dengan berkebutuhan khusus, mereka dapat belajar dari interaksi spontan teman-teman sebayanya terutama dari aspek social dan emosional. Sedangkan bagi anak yang tidak berkebutuhan khusus memberi peluang kepada mereka untuk belajar berempati, bersikap membantu dan memiliki kepedulian. Disamping itu bukti lain yang ada mereka yang tanpa berkebutuhan khusus memiliki prestasi yag baik tanpa merasa terganggu sedikitpun.

sumber: http://smanj.sch.id/index.php/arsip-tulisan-bebas/40-artikel/115-pendidikan-inklusi-pendidikan-terhadap-anak-berkebutuhan-khusus

Tujuan Diadakannnya Sekolah Inklusi

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Karena itu negara memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada setiap warganya tanpa terkecuali termasuk mereka yang memiliki perbedaan dalam kemampuan (difabel) seperti yang tertuang pada UUD 1945 pasal 31 (1). Namun sayangnya sistem pendidikan di Indonesia belum mengakomodasi keberagaman, sehingga menyebabkan munculnya segmentasi lembaga pendidikan yang berdasar pada perbedaan agama, etnis, dan bahkan perbedaan kemampuan baik fisik maupun mental yang dimiliki oleh siswa. Jelas segmentasi lembaga pendidikan ini telah menghambat para siswa untuk dapat belajar menghormati realitas keberagaman dalam masyarakat.

Selama ini anak – anak yang memiliki perbedaan kemampuan (difabel) disediakan fasilitas pendidikan khusus disesuaikan dengan derajat dan jenis difabelnya yang disebut dengan Sekolah Luar Biasa (SLB). Secara tidak disadari sistem pendidikan SLB telah membangun tembok eksklusifisme bagi anak – anak yang berkebutuhan khusus. Tembok eksklusifisme tersebut selama ini tidak disadari telah menghambat proses saling mengenal antara anak – anak difabel dengan anak – anak non-difabel. Akibatnya dalam interaksi sosial di masyarakat kelompok difabel menjadi komunitas yang teralienasi dari dinamika sosial di masyarakat. Masyarakat menjadi tidak akrab dengan kehidupan kelompok difabel. Sementara kelompok difabel sendiri merasa keberadaannya bukan menjadi bagian yang integral dari kehidupan masyarakat di sekitarnya.

Seiring dengan berkembangnya tuntutan kelompok difabel dalam menyuarakan hak – haknya, maka kemudian muncul konsep pendidikan inklusi. Salah satu kesepakatan Internasional yang mendorong terwujudnya sistem pendidikan inklusi adalah Convention on the Rights of Person with Disabilities and Optional Protocol yang disahkan pada Maret 2007. Pada pasal 24 dalam Konvensi ini disebutkan bahwa setiap negara berkewajiban untuk menyelenggarakan sistem pendidikan inklusi di setiap tingkatan pendidikan. Adapun salah satu tujuannya adalah untuk mendorong terwujudnya partisipasi penuh difabel dalam kehidupan masyarakat. Namun dalam prakteknya sistem pendidikan inklusi di Indonesia masih menyisakan persoalan tarik ulur antara pihak pemerintah dan praktisi pendidikan, dalam hal ini para guru.

Sumber: http://smanj.sch.id/index.php/arsip-tulisan-bebas/40-artikel/115-pendidikan-inklusi-pendidikan-terhadap-anak-berkebutuhan-khusus

Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

Pengelompokan anak berkebutuhan khusus dan jenis pelayanannya, sesuai dengan Program Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Tahun 2006 dan Pembinaan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Tuna Netra
2. Tuna Rungu
3. Tuna Grahita: (a.l. Down Syndrome)
4. Tuna Grahita Ringan (IQ = 50-70)
5. Tuna Grahita Sedang (IQ = 25-50)
6. Tuna Grahita Berat (IQ 125 )
7. Talented : Potensi bakat istimewa (Multiple Intelligences : Language, Logico mathematic, Visuo-spatial, Bodily-kinesthetic, Musical, Interpersonal, Intrapersonal, Natural, Spiritual).
8. Kesulitan Belajar (a.l. Hyperaktif, ADD/ADHD, Dyslexia/Baca, Dysgraphia/Tulis, Dyscalculia/Hitung, Dysphasia/Bicara, Dyspraxia/ Motorik)
9. Lambat Belajar ( IQ = 70 –90 )
10. Autis
11. Korban Penyalahgunaan Narkoba
12. Indigo

Sumber: http://smanj.sch.id/index.php/arsip-tulisan-bebas/40-artikel/115-pendidikan-inklusi-pendidikan-terhadap-anak-berkebutuhan-khusus

PENDIDIKAN INKLUSI (Pendidikan Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus)

Pendidikan inklusi adalah termasuk hal yang baru di Indonesia umumnya. Pendidikan inklusi merupakan sebuah pendekatan yang berusaha mentransformasi sistem pendidikan dengan meniadakan hambatan-hambatan yang dapat menghalangi setiap siswa untuk berpartisipasi penuh dalam pendidikan. Hambatan yang ada bisa terkait dengan masalah etnik, gender, status sosial, kemiskinan dan lain-lain. Dengan kata lain pendidikan inklusi adalah pelayanan pendidikan anak berkebutuhan khusus yang dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.

Salah satu kelompok yang paling tereksklusi dalam memperoleh pendidikan adalah siswa penyandang cacat. Tapi ini bukanlah kelompok yang homogen. Sekolah dan layanan pendidikan lainnya harus fleksibel dan akomodatif untuk memenuhi keberagaman kebutuhan siswa. Mereka juga diharapkan dapat mencari anak-anak yang belum mendapatkan pendidikan.


Sumber: http://smanj.sch.id/index.php/arsip-tulisan-bebas/40-artikel/115-pendidikan-inklusi-pendidikan-terhadap-anak-berkebutuhan-khusus

Kesulitan belajar

Adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat mempengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.

sumber: wikipedia.org

Tunalaras

Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar. Penderita Autis dan ADHD dapat digolongan dalam tunalaras.

Sumber: Wikipedia.org

Tunadaksa

Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.

Sumber: Wikipedia.org

Tunagrahita

Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam masa perkembangan. Sindrome Down juga termasuk kedalam golongan tunagrahita. Klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ.
1. Tunagrahita ringan (IQ : 51-70),
2. Tunagrahita sedang (IQ : 36-51),
3. Tunagrahita berat (IQ : 20-35),
4. Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20).
Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih di titik beratkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi.

Sumber: Wikipedia.org

Tunarungu

Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:
1. Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB),
2. Gangguan pendengaran ringan(41-55dB),
3. Gangguan pendengaran sedang(56-70dB),
4. Gangguan pendengaran berat(71-90dB),
5. Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB).
Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.

Sumber: Wikipedia.org

Tunanetra

Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium).

Sumber: Wikipedia.org

Apa itu Anak berkebutuhan khusus ?

Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. Yaitu sebegai berikut:
- SLB bagian A untuk tunanetra,
- SLB bagian B untuk tunarungu,
- SLB bagian C untuk tunagrahita,
- SLB bagian D untuk tunadaksa,
- SLB bagian E untuk tunalaras dan
- SLB bagian G untuk cacat ganda.
Sumber: Wikipedia.org

Minggu, 11 April 2010

Jadilah seperti Anne Sulivan



Pernahkah kamu mendengar nama Hellen Keller? dia adalah wanita cacat pertama yang mendapat gelar sarjana. Hellen tidak pernah dilahirkan sebagai orang yang tuli dan buta, tetapi pada usia 19 bulan Hellen menderita radang selaput otak (meningitis) yang menyebabkan ia menjadi buta dan tuli. Singkat cerita, orang tua Hellen membawanya ke sebuah sekolah khusus untuk mereka yang cacat dan salah satu gurunya bernama Anne Sullivan. Berkat bimbingan Anne Sullivan bertahun-tahun, tidak hanya dalam hal pendidikan tetapi juga penanaman nilai-nilai gambar diri yang sehat, Hellen Keller berhasil meraih gelar sarjana dengan predikat ‘magna cum laude’.

Bayangkan, bagaimana cara mengajar seseorang yang tidak dapat mendengar dan melihat? Dalam bukunya Hellen Keller bercerita demikian: …saat pelajaran dikelas guruku menarik lenganku. Aku tidak tahu apa yang hendak dia lakukan pada ku, aku takut. Lalu aku merasakan benda dingin, mengalir perlahan dilenganku. Guruku berkata: “ini adalah air, bagaimana rasanya?”. Aku mengerti sekarang air itu adalah cairan yang terasa dingin…Mencium aroma bunga, meraba benda-benda, dan merasakan. Itulah cara ku belajar. Semua karena jasa guruku.

Mengapa Anne sulivan bisa begitu sabar membimbing Hellen Keler? Ternyata Anne sejak kecil juga mengalami gangguan penglihatan. Selain itu masa kecil Anne begitu menderita, ibunya meninggal ketika ia berusia 8 tahun dan ayahnya adalah seorang pemabuk yang gemar menyiksa Anne. Bahkan ketika berusia 10 tahun, ayahnya meninggalkan Anne begitu saja. Singkat cerita, ketika Anne berusia 14 tahun ia masuk kesebuah sekolah khusus orang cacat (nantinya dia akan menjadi guru Keller disekolah ini). Disana dia sempat mengalami operasi mata, meski tidak pulih 100%, Anne memperoleh sedikit penglihatannya. Dan pada usianya yang yang ke-20, Anne bertemu hellen keller dan menjadi guru sekaligus pembimbing hidupnya.

Siapkah Anda menjadi “Anne Sullivan”? Masih banyak “Hellen Keller” di luar sana yang menanti kita!

Sumber: who AM I ? yes, I know

PELUKAN ITU MENYEMBUHKAN



Berpelukan itu tabu…
Berpelukan itu tidak lazim dan tidak etis…
Berpelukan itu manja…
Berpelukan itu tidak sesuai dengan adat ketimuran…
Mungkin itu pendapat sebagian orang, tapi sebenarnya berpelukan adalah sebuah bentuk ungkapan kasih sayang, bukan sebuah nafsu. Dan yang perlu digaris bawahi adalah, Berpelukan itu MENYEMBUHKAN.


“Untuk bertahan hidup, kita membutuhkan 4 pelukan sehari. Untuk kesehatan, kita butuh 8 pelukan perhari. Untuk awet muda, kebahagiaan, kita perlu 12 pelukan perhari,” kata Virginia Satir, terapis keluarga.

pelukan-menyembuhkan 12 pelukan tiap hari agar tidak sakit-sakitan. Mungkin Anda sedikit heran, benarkah pelukan memiliki kekuatan yang begitu hebat, hingga bisa membuat sehat, panjang umur, dan awet muda? Kapan terakhir kali Anda memeluk seseorang atau seseorang memeluk Anda? Jika jawabannya jarang atau bahkan tidak pernah sama sekali, coba ingat-ingat, apa yang belakangan ini Anda rasakan? Bisa jadi Anda sering sakit-sakitan, depresi, stres, sakit kepala, dan emosional.

Berbagai penelitian menunjukkan terapi pelukan bisa menyembuhkan penyakit fisik dan psikis. Bisa mengatasi stres, depresi dan lain-lain. Orang yang dipeluk, ataupun memeluk, merasakan adanya kekuatan cinta yang mengelilingi mereka. Kekuatan ini yang membuat kekebalan tubuh kita semakin meningkat.


Fakta Ilmiah Mengenai Pelukan
- Saat berpelukan, tubuh melepaskan oxytocin, hormon yang berhubungan dengan perasaan damai dan cinta. Hormon oxytocin ini membuat jantung dan pikiran sehat. Hormon oxytocin ini baru bisa keluar jika manusia memiliki kehidupan sehat, merasa damai dan tentram.
- Riset membuktikan bahwa pelukan dapat menyembuhkan masalah fisik dan emosional yang dihadapi manusia di zaman serba stainless steel dan wireless ini. Bukan hanya itu saja, para ahli mengemukakan bahwa pelukan bisa membuat kita panjang umur, melindungi dari penyakit, mengatasi stress dan depresi, mempererat hubungan keluarga dan membantu tidur nyenyak. (The Aladdin Factor, Jack Canfield & Mark Victor Hansen.")
- Helen Colton, penulis buku The Joy of Touching juga menemukan bahwa ketika seseorang disentuh, hemoglobin dalam darah meningkat hingga suplai oksigen ke jantung dan otak lebih lancar, badan menjadi lebih sehat dan mempercepat proses penyembuhan. Maka bisa dikatakan bahwa pelukan bisa menyembuhkan penyakit "hati" dan merangsang hasrat hidup seseorang.
- Berdasarkan hasil penelitian yang dikeluarkan oleh jurnal Psychosomatic Medicine, pelukan hangat dapat melepaskan oxytocin, hormon yang berhubungan dengan perasaan cinta dan kedamaian. Hormon tersebut akan menekan hormon penyebab stres yang awalnya mendekam di tubuh.

Terapi pelukan hampir sama dengan terapi jalan kaki. Terapi pelukan meningkatkan keseimbangan tubuh, kesehatan, dan mengurangi tingkat stres, khususnya para profesional muda yang bekerja di kota metropolitan.

Pelukan bukan berarti Anda harus mencari suami atau kekasih untuk melakukan hal ini. Pelukan dapat dilakukan pada siapa saja dengan penuh kasih dan damai. Tentu saja pelukan ini bukan berkonotasi negatif apalagi mengikutsertakan gairah. Pelukan ini juga bukan ‘pelukan sosial’, seperti berjabat tangan, mencium pipi kiri dan kanan, seperti yang dilakukan oleh budaya masyarakat beberapa negara pada saat pesta atau pertama kali bertemu.

Pelukan yang dimaksud adalah pelukan saling menyentuh, tubuh dengan tubuh saling mengikat dan menyentuh. Ketika saling berpelukan, akan terasa perasaan nyaman dan damai.

Di Indonesia juga beberapa negara lainnya berpelukan hanya dilakukan pada pasangan suami istri, saudara, orang tua ke anaknya. Di Amerika sebuah lembaga ada yang mengkoordinir untuk mengadakan Free Hug di jalanan. Jangan kaget jika suatu Hari, saat Anda berkunjung ke Amerika dan Eropa, melihat beberapa orang dengan papan besar di dada, bertuliskan Free Hug. Hal serupa juga terlihat di negara yang memiliki tingkat bunuh diri yang tinggi yaitu Jepang, juga ada stand yang menyediakan jasa pelukan gratis. Mereka adalah para relawan yang memberikan terapi pelukan pada setiap orang yang membutuhkan.

“Tapi, kita harus ingat. Walau sekadar jabat tangan dan menyentuh pipi dengan pipi, ini juga ada manfaatnya. Ada rasa kehangatan ketika kita saling berjabat tangan. Namun bila ini dilakukan lebih dari ini, yaitu dengan pelukan erat. Tentu lebih bermanfaat, unsur terapinya lebih tinggi,” ujar Dr. Bhagat, salah satu doktor yang meneliti pengaruh pelukan di India.

Diharapkan masyarakat mengerti akan manfaat sentuhan dan pelukan. Sehingga pasangan suami istri, semakin sering berpelukan dan bersentuhan. Juga makin sering memeluk anak-anaknya. Seluruh bagian di kulit kita memiliki organ perasa. Dari ujung kaki hingga kepala adalah area yang sensitif bila disentuh. Bahkan ketika bayi masih di dalam kandungan walau dilindungi air ketuban, dia sangat menyukai sentuhan kasih sayang dari ke dua orang tuanya. Jika sering disentuh, bayi dalam kandungan akan tumbuh menjadi bayi yang sehat dengan pertumbuhan yang bagus. Selain itu secara psikis bayi akan tumbuh menjadi seorang yang penyayang.

Anak-anak yang sering disentuh, dibelai dan dipeluk oleh orang tuanya juga akan tumbuh menjadi anak yang sehat. Mereka akan merasa nyaman dan memiliki kepercayaan diri. Pertumbuhan dan kesehatan pun lebih bagus dibanding dengan anak-anak yang jarang disentuh, dibelai dan dipeluk.

Pada orang tua pun, sentuhan dan pelukan sangat berarti. Apalagi pada saat kehilangan seseorang, depresi, stres. Dengan berpelukan, orang dewasa merasa ada orang yang memperhatikan, ada orang yang mencintainya, membutuhkannya. Seluruh kulit Kita, sangat peka dengan pelukan, dan sangat membutuhkan sentuhan hangat dan erat.

Seorang master reiki di Mumbai, India, berkata, “Pelukan salah satu alat untuk bertransformasi. Dengan pelukan satu pribadi dengan pribadi lain semakin dekat. Jika hubungan Anda dengan orang lain renggang. Salah satu cara agar hubungan itu menghangat dengan memeluknya.”

“Jika rumah tangga Anda di ambang kehancuran, cobalah memeluk pasangan Anda 20 kali sehari. Saya yakin Anda berdua tak akan bercerai. Selain itu, hidup Anda berdua akan lebih bahagia, sehat, dan awet muda. Serta Anda akan terhindar dari stress dan depresi.”

Dr Harold Voth, senior psikiater di Kansas, Amerika Serikat telah melakukan riset dengan beberapa ratus orang. Hasilnya, mereka yang berpelukan mampu mengusir depresi, meningkatkan kekebalan tubuh, awet muda, tidur lebih nyenyak, lebih sehat.

Jika bayi atau anak-anak rewel atau sakit. Jangan biarkan mereka sendirian. Peluklah. Dengan memeluk, mereka akan merasa nyaman. Sehingga kekebalan tubuhnya lebih baik, dan kesehatan mereka pun akan jauh lebih baik. Anda sebagai orang tua pun mendapatkan efek baik dari terapi pelukan ini. Anda akan jauh lebih sehat, muda, terbebas dari depresi.

Pelukan dapat menyembuhkan sakit fisik dan psikis. Sentuhan yang dihasilkan dari pelukan membantu mengurangi rasa sakit. Beberapa penyakit parah sering kali membuat penderitanya merasa frustasi, marah, tak mungkin penyakitnya bisa disembuhkan. Dengan pelukan, pasien yang frustasi ini merasa nyaman. Pelukan memberikan energi positif pada emosi pasien. Sehingga mengubah emosi negatifnya menjadi emosi positif. Apalagi bila pasien mendapatkan pelukan dari orang yang dicintainya.

Bukankah cinta itu adalah kekuatan yang maha dahsyat?
Sumber: Yoicer - Energi Pelukan…indowebster

Inspirational story: Menolonglah dan Kamu Akan Ditolong



Janganlah ragu berbuat baik, menolong sesama…


Hidup di dunia ini, seperti tinggal di sebuah gua. Apa yang kita katakan, itu lah yang akan bergaung kembali kepada kita.
Jika kamu berkata baik, kamu akan mendengar perkataan baikmu itu kembali.

Hidup itu seperti berladang, apa yang kita tanam itulah yang kita akan petik nantinya.
Tanamlah kebaikan, maka nanti kamu akan memetik hasil panen buah yang baik juga.

Suatu hari seorang pria sedang dalam perjalanan melewati sebuah hutan. Ketika itu, ia mendengar jeritan minta tolong . ternyata ada seorang pemuda yang terperosok ke dalam lumpur hisap. Pria pertama segera menolong pemuda tersebut. Melihat kondisi pemuda itu, akhirnya pria pertama tadi memutuskan membawa pria tadi ke rumahnya.
Sejak kejadian itu, keduanya mulai menjalin persahabatan. Sang pemuda yang diselamatkan tadi bernama Fleming, ia berasal dari keluarga yang miskin , sedangkan pria yang menyelamatkan dia berasal dari keluaga yang sangat kaya. Fleming sangat ingin menjadi seorang dokter dan ilmuan, ia menceritakan cita-citanya ini kepada sahabatnya dan sahabatnya itu membantu membiayai sekolah Fleming. Singkat cerita, beberapa tahun kemudian, Fleming berhasil menjadi seorang dokter dan menemukan penisilin. Saat itu , penisilin adalah termasuk penemuan yang sangat penting dalam sejarah peradaban manusia.

Suatu hari, ada seorang pemuda yang masuk dinas militer,. Dia terluka dalam peperangan dan mengalami kondisi kritis. Ketika para dokter mendengar tentang adanya penemuan penisilin, Mereka segera memberikannya untuk pemuda itu. Akhirnya pemuda itu berangsur-angsur sembuh dan beberapa tahun kemudian, pemuda itu menjadi seorang perdana menteri Inggris. Ia bernama Winston Churchill. dan tahukan kamu? Ternyata pria yang menyelamatkan dan membiayai sekolah Fleming adalah ayah dari Winston Churchill. Bayangkan bila ayah Winston Churchill tidak menolong Fleming, maka tidak akan ada perdana menteri Inggris bernama Winston Churchill. Kebaikan yang kita tabur suatu saat pasti kata tuai!. Dan dampak yang lebih jauh lagi, bagaimana bila ayah Churchill tidak membiayai sekolah Fleming? maka tidak akan ada obat penisilin yang begitu berguna itu.

Sumber: who am I? yes, I know

Si “Bodoh” Pencipta lampu



Thomas Alva Edison, siapa yang tidak kenal dengan nama ini? Semua orang tahu bahwa dialah penemu bola lampu untuk pertama kalinya.
Dibalik setiap keberhasilan Edison, ternyata dia harus melalui perjuangan yang sangat berat. Terutama perjuangan untuk menemukan keberhargaan dirinya.
Sejak kecil Edison memiliki masalah dengan pendengarannya. Selain itu Edison adalah orang yang sangat imajinatif. Akibat kedua hal itu, Edison kecil mengalami masalah disekolahnya. Karena kekayaan imajinasinya Edison sering melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya kritis, tetapi dianggap sebagai kebodohan oleh guru dan murid-murid lainnya. Selain itu, kesulitan dalam pendengaran membuat Edison semakin terhambat dalam proses belajarnya. Akhirnya semakin hari Edison semakin bosan dengan sekolah. Teman-teman dan gurunya menganggap Edison sebagai orang yang bodoh dan lambat dalam belajar.

Akhirnya Edison keluar dari sekolah. Untuk memenuhi rasa ingin tahu dan imajinasinya yang luas, Edison membaca banyak buku. Bahkan dia bisa dikatakan sebagai jenis “omnivora” dalam hal membaca buku. Apapun topik-topiknya, Edison tetap melahap buku-buku itu dengan antusias.

Dengan bermodalkan pengetahuan yang dia peroleh dari membaca buku dan berbagai ekperimen yang dia lakukan sendiri, akhirnya Edison berhasil meniciptakan bola lampu. Proses penemuan bola lampu itu juga tidak berlangsung mudah. Edison harus mengulangi ribuan eksperimen sebelum akhirnya berhasil, teratat lebih dari 9000 kali dia gagal, gagal, dan gagal. Edison juga harus bertahan dari berbagai cemooh dan ejeken dari orang-orang yang meragukan cita-citanya, Tetapi dia tetap gigih berusaha.
Sebenarnya penemuan Edison tidak hanya bola lampu, Edison berhasil menemukan berbagai penemuan lainnya. Salah satu penemuan lain yang terkenal adalah ‘phonegraph’ yang nantinya dikembangkan menjadi alat pemutar piringan hitam. Bahkan dikhir hidupnya Edison telah mematenkan 1.093 hak cipta atas berbagai penemuannya.

Saat Edison keluar dari sekolahnya, tidak ada yang menyangka bahwa Edison akan menjadi orang yang sangat berpengaruh pada peradaban manusia. Bahkan buah hasil usahanya masih kita rasakan hingga hari ini.

sumber: who am i? yes, I know
Gambar: http://www.buzzle.com/img/articleImages/6730-41.jpg

Pencegahan Sindrom Down

Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan sindrom down atau mereka yang hamil di atas usia 40 tahun harus dengan hati-hati memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki risiko melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi. Sindrom down tidak bisa dicegah, karena DS merupakan kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah kromosom. Jumlsh kromosm 21 yang harusnya cuma 2 menjadi 3. Penyebabnya masih tidak diketahui pasti, yang dapat disimpulkan sampai saat ini adalah makin tua usia ibu makin tinggi risiko untuk terjadinya DS.Diagnosis dalam kandungan bisa dilakukan, diagnosis pasti dengan analisis kromosom dengan cara pengambilan CVS (mengambil sedikit bagian janin pada plasenta) pada kehamilan 10-12 minggu) atau amniosentesis (pengambilan air ketuban) pada kehamilan 14-16 minggu.

Sumber: Wikipedia.org

Gejala atau tanda-tanda




Gejala yang muncul akibat sindrom down dapat bervariasi mulai dari yang tidak tampak sama sekali, tampak minimal sampai muncul tanda yang khas.

Penderita dengan tanda khas sangat mudah dikenali dengan adanya penampilan fisik yang menonjol berupa bentuk kepala yang relatif kecil dari normal (microchephaly) dengan bagian anteroposterior kepala mendatar. Pada bagian wajah biasanya tampak sela hidung yang datar, mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar (macroglossia). Seringkali mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal folds). Tanda klinis pada bagian tubuh lainnya berupa tangan yang pendek termasuk ruas jari-jarinya serta jarak antara jari pertama dan kedua baik pada tangan maupun kaki melebar.

Sementara itu lapisan kulit biasanya tampak keriput (dermatoglyphics). Kelainan kromosom ini juga bisa menyebabkan gangguan atau bahkan kerusakan pada sistim organ yang lain.

Karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti tinggi badan yang relatf pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongolia, maka sering juga dikenal dengan Mongoloid.

Pada bayi baru lahir kelainan dapat berupa Congenital Heart Disease. kelainan ini yang biasanya berakibat fatal di mana bayi dapat meninggal dengan cepat. Pada sistim pencernaan dapat ditemui kelainan berupa sumbatan pada esophagus (esophageal atresia) atau duodenum (duodenal atresia).

Apabila anak sudah mengalami sumbatan pada organ-organ tersebut biasanya akan diikuti muntah-muntah. Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan sindrom down atau mereka yang hamil di atas usia 40 tahun harus dengan hati-hati memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki risiko melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi.

Sumber: Wikipedia.org

Apa itu Sindrom Down?



Sindrom down (bahasa Inggris: down syndrome) merupakan kelainan kromosom yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental anak ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr.John Longdon Down. Karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti tinggi badan yang relative pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongolia maka sering juga dikenal dengan Mongoloid. Pada tahun 1970an para ahli dari Amerika dan Eropa merevisi nama dari kelainan yang terjadi pada anak tersebut dengan merujuk penemu pertama kali syndrome ini dengan istilah sindrom down dan hingga kini penyakit ini dikenal dengan istilah yang sama.

Sindrom down merupakan kelainan kromosom yakni terbentuknya kromosom 21 (trisomy 21), Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental anak ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr.John Longdon Down.

Sumber: Wikipedia.org

Prevalensi Individu dengan autisme




Diperkirakan terdapat 400.000 individu dengan autisme di Amerika Serikat. Sejak tahun 80 – an, bayi-bayi yang lahir di California – AS, diambil darahnya dan disimpan di pusat penelitian Autisme. Penelitian dilakukan oleh Terry Phillips, seorang pakar kedokteran saraf dari Universitas George Washington. Dari 250 contoh darah yang diambil, ternyata hasilnya mencengangkan; seperempat dari anak-anak tersebut menunjukkan gejala autis. National Information Center for Children and Youth with Disabilities (NICHCY) memperkirakan bahwa autisme dan PDD pada tahun 2000 mendekati 50 – 100 per 10.000 kelahiran. Penelitian Frombonne (Study Frombonne: 2003) menghasilkan prevalensi dari autisme beserta spektrumnya (Autism Spectrum Disorder/ASD) adalah: 60/10.000 – best current estimate dan terdapat 425.000 penyandang ASD yang berusia dibawah 18 tahun di Amerika Serikat. Di Inggris, data terbaru adalah: 62.6/10.000 ASD.

Autisme secara umum telah diketahui terjadi empat kali lebih sering pada anak laki-laki dibandingkan yang terjadi pada anak perempuan. Hingga saat ini penyebabnya belum diketahui secara pasti. Saat ini para ahli terus mengembangkan penelitian mereka untuk mengetahui sebabnya sehingga mereka pun dapat menemukan ‘obat’ yang tepat untuk mengatasi fenomena ini. Bidang-bidang yang menjadi fokus utama dalam penelitian para ahli, meliputi; kerusakan secara neurologis dan ketidakseimbangan dalam otak yang bersifat biokimia. Dr. Ron Leaf saat melakukan seminar di Singapura pada tanggal 26 – 27 Maret 2004, menyebutkan beberapa faktor penyebab autisme, yaitu:
 Genetic susceptibility – different genes may be responsible in different families
 Chromosome 7 – speech / language chromosome
 Variety of problems in pregnancy at birth or even after birth

Meskipun para ahli dan praktisi di bidang autisme tidak selamanya dapat menyetujui atau bahkan sependapat dengan penyebab-penyebab di atas. Hal terpenting yang perlu dicatat melalui hasil penelitian-penelitian terdahulu adalah bahwa gangguan autisme tidak disebabkan oleh faktor-faktor yang bersifat psikologis, misalnya karena orang tua tidak menginginkan anak ketika hamil.

Bagaimana di Indonesia? Belum ditemukan data yang akurat mengenai keadaan yang sesungguhnya di Indonesia, namun dalam suatu wawancara di Koran Kompas; Dr. Melly Budhiman, seorang Psikiater Anak dan Ketua dari Yayasan Autisme Indonesia menyebutkan adanya peningkatan yang luar biasa. “Bila sepuluh tahun yang lalu jumlah penyandang autisme diperkirakan satu per 5.000 anak, sekarang meningkat menjadi satu per 500 anak” (Kompas: 2000). Tahun 2000 yang lalu, Dr. Ika Widyawati; staf bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia memperkirakan terdapat kurang lebih 6.900 anak penyandang autisme di Indonesia. Jumlah tersebut menurutnya setiap tahun terus meningkat. Hal ini sungguh patut diwaspadai karena jika penduduk di Indonesia saat ini mencapai lebih dari 160 juta, kira-kira berapa orang yang terdata sungguh-sungguh menyandang austime beserta spektrumnya?

Sumber: id.wikipedia.org/wiki/Autisme

Implikasi Diagnosa Autisme

Secara historis, diagnosa autisme memiliki persoalan; suatu ketika para ahli dan peneliti dalam bidang autisme bersandarkan pada ada atau tidaknya gejala, saat ini para ahli dan peneliti tampaknya berpindah menuju berbagai karakteristik yang disebut sebagai continuum autism. Aarons dan Gittents (1992) merekomendasikan adanya descriptive approach to diagnosis. Ini adalah suatu pendekatan deskriptif dalam mendiagnosa sehingga menyertakan observasi-observasi yang menyeluruh di setting-setting sosial anak sendiri. Settingya mungkin di sekolah, di taman-taman bermain atau mungkin di rumah sebagai lingkungan sehari-hari anak dimana hambatan maupun kesulitan mereka tampak jelas diantara teman-teman sebaya mereka yang ‘normal’.

Persoalan lain yang mempengaruhi keakuratan suatu diagnosa seringkali juga muncul dari adanya fakta bahwa perilaku-perilaku yang bermasalah merupakan atribut dari pola asuh yang kurang tepat. Perilaku-perilaku tersebut mungkin saja merupakan hasil dari dinamika keluarga yang negatif dan bukan sebagai gejala dari adanya gangguan. Adanya interpretasi yang salah dalam memaknai penyebab mengapa anak menunjukkan persoalan-persoalan perilaku mampu menimbulkan perasaan-perasaan negatif para orang tua. Pertanyaan selanjutnya kemudian adalah apa yang dapat dilakukan agar diagnosa semakin akurat dan konsisten sehingga autisme sungguh-sungguh terpisah dengan kondisi-kondisi yang semakin memperburuk? Perlu adanya sebuah model diagnosa yang menyertakan keseluruhan hidup anak dan mengevaluasi hambatan-hambatan dan kesulitan anak sebagaimana juga terhadap kemampuan-kemampuan dan keterampilan-keterampilan anak sendiri. Mungkin tepat bila kemudian disarankan agar para profesional di bidang autisme juga mempertimbangkan keseluruhan area, misalnya: perkembangan awal anak, penampilan anak, mobilitas anak, kontrol dan perhatian anak, fungsi-fungsi sensorisnya, kemampuan bermain, perkembangan konsep-konsep dasar, kemampuan yang bersifat sikuen, kemampuan musikal, dan lain sebagainya yang menjadi keseluruhan diri anak sendiri.

Bagi para orang tua dan keluarga sendiri perlu juga dicatat bahwa gejala autisme bersifat individual; akan berbeda satu dengan lainnya meskipun sama-sama dianggap sebagai low functioning atau dianggap sebagai high functioning. Membutuhkan kesabaran untuk menghadapinya dan konsistensi untuk dalam penanganannya sehingga perlu disadari bahwa bahwa fenomena ini adalah suatu perjalanan yang panjang. Jangan berhenti pada ketidakmampuan anak tetapi juga perlu menggali bakat-bakat serta potensi-potensi yang ada pada diri anak. Sebagai inspirasi kiranya dapat disebutkan beberapa penyandang autisme yang mampu mengembangkan bakat dan potensi yang ada pada diri mereka, misalnya: Temple Grandine yang mampu mengembangkan kemampuan visual dan pola berpikir yang sistematis sehingga menjadi seorang Doktor dalam bidang peternakan, Donna William yang mampu mengembangkan kemampuan berbahasa dan bakat seninya sehingga dapat menjadi seorang penulis dan seniman, Bradley Olson seorang mahasiswa yang mampu mengembangkan kemampuan kognitif dan kebugaran fisiknya sehingga menjadi seorang pemuda yang aktif dan tangkas dan mungkin masih banyak nama-nama lain yang dapat menjadi sumber inspirasi kita bersama. Pada akhirnya, sebuah label dari suatu diagnosa dapat dikatakan berguna bila mampu memberikan petunjuk bagi para orang tua dan pendidik mengenai kondisi alamiah yang benar dari seorang anak. Label yang menimbukan kebingungan dan ketidakpuasan para orang tua dan pendidik jelas tidak akan membawa manfaat apapun.

Sumber: id.wikipedia.org/wiki/Autisme
www.autis.info/